Namaku Ilman. Usiaku saat ini 22 tahun dengan tinggi 172 cm dan berat 70 kg . Aku kuliah disalah satu kampus ternama di kota Semarang tinggal bersama tanteku dan suaminya, masuk dengan pilihan pertama pada Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru jurusan Arsitektur. Mungkin aku salah satu orang yang beruntung karena tidak mesti bersusah-susah untuk ikut ujian seleksi sampai dua atau tiga kali. Sejak pertama menginjakkan kaki di kampus ini, entah sudah berapa banyak wanita yang pernah kupacari. Kata seorang teman, aku mirip dengan bintang film ternama ibukota. Kulit putih, rambut cepak yang selalu tersisir rapi dengan minyak rambut impor diberi pamanku dari Paris.
Namun semenjak peristiwa dua tahun lalu menimpaku, rasanya segala kemampuanku hilang begitu saja. Tak ada lagi senyum yang selalu menghiasi bibirku. Vira. Ya, itu nama wanita yang pernah menjadi pacarku itu menari-nari dalam setiap desahan nafasku. Sosoknya yang anggun bak oase di padang gersang. Tapi kejadian malam itu membuat segalanya hancur berkeping-keping hingga tak menyisakan asa. Semuanya berawal ketika hujan tiba-tiba mengguyur kami yang sedang dalam perjalanan pulang. Karena hujan sangat deras akhirnya kami memutuskan untuk berhenti berteduh di sebuah tempat. Hingga lewat tengah malam hujan tak kunjung reda. Tempat yang kami singgahi ternyata tidak berpenghuni. Semacam gubuk yang hampir rubuh karena tidak terurus. Kami menginap di tempat itu. Berdua saja. Disana aku dan Vira pun menghabiskan waktu dengan penuh gairah muda kami.
Dua bulan kemudian kuketahui bahwa Vira mengandung janinku. Aku siap bertanggung jawab meski dalam kondisi apapun. Tapi keadaan semakin memburuk, ayah Vira memaksa menggugurkan kandungannya. Beliau rupanya tidak menyetujui hubungan kami. Hal ini membuat aku dan Vira shock, tak tahu mesti berbuat apa.
Karena Mbok Minah pulang karena anaknya sakit di kampung praktis hanya aku tante yang ada dirumah sekarang. Pagi-pagi buta aku sudah bangun. Setelah mencuci muka segera menuju ke dapur untuk melakukan aktivitas rutin. Hal pertama yang kulakukan adalah mencuci piring bekas perjamuan, karena semalam tak sempat lantaran kelelahan mengantar tante-tante kompleks pulang setelah arisan usai. Hampir setengah dua belas saat kutemukan tante terbaring di atas sofa ruang tamu menungguku pulang mengantar. Tak tega rasanya membangunkan tante untuk menemaniku membereskan sisa-sisa perjamuan, segera kuangkat tubuh tante menuju kamar. Peluh mengucur lewat pori-pori, tubuh tante begitu berat. Terang saja, berat tante sepadan dengan satu karung beras lima puluh kilogram, tinggi seratus enam puluh lima, jadi cukup menguras keringat untuk mengangkatnya ke lantai dua tempat kamarnya berada. Setelah merebahkan tubuhnya di atas springbed dan membungkusnya dengan selimut bulu domba warna putih, sekilas kuperhatikan wajah tante yang tampak kelelahan.
tanteku yang bernama Ani memang cantik. Di usianya yang ke 45 tahun kulitnya putih bersih seakan tak ada goresan, hidungnya mancung seperti artis Julia Roberts pemeran utama wanita di film Pretty Woman. Alis dicukur agak tipis, matanya bulat dengan tatapan sendunya yang aku sendiri bahkan tak kuat berlama-lama menatapnya. Rambutnya sebahu sedikit pirang—katanya buyut tante keturunan orang Belanda, sisa penjajahan dulu. Pinggulnya besar, bagus untuk melahirkan kata orang-orang tua. Dadanya masih padat berukuran 36B layaknya gadis umur dua puluh empat, namun sedikit berisi—pantas saja paman selalu berlama-lama dikamar berduaan dengan tante ketika sempat kembali dari tugas diluar kota.
Usai mencuci piring, giliran memanaskan air. tante senang mandi air hangat saat pagi, apalagi sehabis capek seperti ini. Dua ember cukup karena nanti akan dicampur dengan air dingin agar suhunya tidak terlalu panas, hangat kuku. Pernah suatu ketika aku lupa mencampurkan air dingin ke tempayan tempat tante mandi, badannya merah seperti kepiting rebus dan kulitnya sedikit mengelupas. Aku kasihan pada tante dan merasa bersalah, sejak saat itu aku selalu mencelupkan jari ke dalam tempayan untuk memastikan kalau airnya sudah dicampur. Pagi ini sarapannya sedikit berbeda dari menu kemarin—nasi goreng, dengan sedikit variasi yang kupelajari dari buku resep milik Mbok Minah pembantuku. Sebenarnya tante lebih ahli dalam memasak, tapi tak tega rasanya membiarkan tangannya teriris pisau dapur apalagi sampai bau bawang menempel hingga membuat kepalanya pening. Rutinitas seperti ini baru kujalani tiga minggu terakhir .
Hari ini, Sabtu. Adalah waktu yang sering kami gunakan untuk berlibur bersama keluarga. Hampir sebulan paman tak kembali dari Palangkaraya. Mesti menyelesaikan beberapa proyek lagi. Dengan senang hati kutemani tante berbelanja persedian bulan ini di sebuah swalayan dekat kantor dinas sosial. Setelah selesai, sebelum pulang kami menyempatkan untuk singgah sebentar di butik langganan tante. Di sebuah manekin terpajang gaun berwarna merah maroon dengan renda melingkar di bagian pinggangnya. Spontan kutawari tante untuk membeli yang itu saja.
“Pasti tante tampak anggun dengan gaun itu” bujukku pada tante.
Dengan sekali anggukan segera kupanggil Mbak penjaga butik untuk membungkus gaun pilihan kami. Kemudian menuju kasir untuk membayar.
“Berapa mbak ?”
“Lima ratus dua puluh lima ribu rupiah”
“Lho, kok mahal skali mbak?” tanyaku kaget.
“Ini dari bahan sutera mas, makanya harganya mahal!!” jelas kasir sedikit tegas.
“Tidak apa-apa, Man. Silahkan dibungkus mbak” tante menimpali sambil memberi uang.
Kami segera pulang kerumah. Lelah rasanya berbelanja hampir seharian, tapi karena bersama dengan tante semuanya tergantikan. Lima belas menit kami sudah sampai. Setelah kupastikan bahwa tak ada lagi barang yang ketinggalan didalam mobil, langsung masuk kerumah kemudian menuju lantai dua. Ke kamar tante. Sesampainya di kamar tante, kurebahkan badannya diatas springbed. Karena udara panas segera kusetel kipas angin, tombol nomor dua cukup dingin untuk kamar seukuran empat kali enam.
Setelah meletakkan belanjaan di dapur, tante menyusulku ke kamar. Segera mengeluarkan gaun dari plastik pembungkus untuk mencobanya. Tanpa sungkan tante menanggalkan baju dan celana bahan spandex yang tadi dipakai berbelanja. Aku terkesima. Ini kali pertama aku melihat tubuh elok tante. Mataku nyalang. Segera saja tante memasang gaun yang tadi kami beli dan memintaku untuk menarik resleting di punggung bagian atas. Sedikit kusentuh punggung tante. Mulus.
Lalu tante membalikkan badannya ke kiri dan kanan dan berputar.
“Gimana, Man. Bagus nggak?”
“Perfect!” tukasku.
“pamanmu pasti suka” sambil tersenyum.
Jangankan paman, aku saja begitu terkesima melihatnya. tante cantik sekali. Aku membayangkan Vira yang memakai gaun itu. Pasti ia akan terlihat seperti bidadari di hari pernikahan kami. Aku menerawang.
“Man, kok melamun? Kamu jatuh hati melihat tante ya…”
“Ah, tante bisa aja. Nggak ada apa-apa kok, tan”
tante duduk disebelahku lalu merebahkan tubuhnya. Aku ikut rebah di sampingnya. tante menyisir rambutku dengan jemarinya yang lentik. Tentram menguasai batinku. Beberapa lama kami menghabiskan waktu mengobrol tentang banyak hal, paman yang telat pulang, kuliahku yang tak kunjung kelar, sikapku yang banyak berubah sepeninggal Vira dan obrolan kecil yang kadang membuat kami cekikikan. Sesekali terdiam dan saling tatap. Tertawa lagi dan diam. Aku sangat menikmati kondisi ini. tante memelukku. Panas menjalari tubuhku dan darahku berdesiran.
“tan, boleh aku mencium, tante?”
“Mmm… ya bolehlah. Memangnya kamu mau mencium apanya tante?’ sambil mengerlingkan mata.
Kadang tante bersikap genit disaat-saat tertentu. Dan itu yang membuat kami serasa teman sebaya. Semenjak paman sering keluar kota, tante kesepian. Saat berangkat kuliah, tante tinggal di rumah berdua dengan Mbok Minah. Tapi sekarang Mbok Minah pulang ke kampung, kami berdua saja menunggui rumah besar ini. Aku tak tega meninggalkan tante sendirian di rumah.
Aku mencium kening tante. Kedua pipinya. tante balas menciumku. Selanjutnya aku pun menindih tante sambil berpelukan dengannya. Kucium bibirnya dengan lembut lalu turun ke leher sambil memegang kedua payudaranya. Kami pun saling menikmati percumbuan ini.
Tiba-tiba tante menghentikan cumbuannya sambil berkata “Man kenapa kita jadi begini? Kamu nafsu ya sama tante?”
“Maaf tan, aku udah gak tahan lagi soalnya tante cantik banget mirip sama Vira” ujarku.
“Cantikan mana tante sama Vira?” Tanya tante.
“Lebih cantik tante, soalnya tante seksi, dadanya besar, udah gitu rambut tante agak pirang lagi kayak Noni Belanda” kataku sambil membelai rambutnya.
“tante kan emang punya keturunan Belanda dari Eyang Kakung kamu, makanya kulitmu putih turunan dari tante, tapi maaf ya rambut pirangnya cuma nurun sampai di tante soalnya rambutmu hitam sama kayak pamanmu” ujar tanteku sambil tersenyum
“tan, boleh ya aku ngentot sama tante, sekali ini aja, penisku udah keras banget nih” kataku sambil menggesek-gesekan penisku ke vaginanya yg masih tertutup gaun yg dibeli tadi.
“Hussh, kok ngomongnya jorok gitu sih? Kita kan tante dan Anak, masa harus berhubungan intim kayak suami istri?” Kata tanteku menolak.
”Terus yg kita lakuin tadi apa gak kayak suami istri tan? Balasku pada tante sambil meneruskan gesekan penisku pada vaginanya
“Ya kan tadi beda nak, tadi tante kira kamu cuma mau cium kening tante eh tahunya malah kebawa suasana hhsss” ujar tanteku yg mulai terangsang dengan gesekan penisku.
“Tuh kan tante udah mulai nafsu, aku lepas aja ya gaunnya, aku ngerti kok tante kesepian karena udah ditinggal paman selama sebulan” ujarku padanya.
Aku pun berusaha melepaskan gaun yang tante kenakan secara hati-hati. Kubalikkan tubuhnya lalu kutarik resleting gaunnya kebawah dan melucuti gaun tante secara perlahan karena gaun tersebut baru saja kami beli dari butik dengan harga mahal. Akhirnya gaun tersebut berhasil lepas secara sempurna tanpa meninggalkan robekan apapun.
Sekarang ini tante terbaring tengkurap hanya menyisakan BH dan celana dalamnya. Aku pun langsung melepaskan baju, celana jeans, dan celana dalamku hingga telanjang bulat, penisku yang berukuran 22 cm dengan diameter 4 cm langsung mengacung tegak mencari mangsa. Lalu secara cepat aku langsung membalikkan tubuh tante ke posisi terlentang seperti semula.
Ketika tante sudah dalam posisi terlentang, ia pun membuka matanya secara perlahan. Melihat penisku yang panjang mengacung keras tentu saja matanya langsung membelalak karena kaget bukan main melihat ukuran penisku yang sedemikian besarnya.
“Makan apa sih kamu Man? Kok penismu bisa gede banget udah gitu diameternya bikin ngeri lagi, pamanmu aja gak segede kamu penisnya”. Ujar tanteku sambil menelan ludah karena bernafsu.
“Kan aku punya keturunan Belanda kayak tante makanya penisku jadi gede kayak gini”. Ujarku sambil menciuminya.
Di dalam hatiku ada terbersit rasa bangga, rupanya penisku jauh lebih panjang dari milik paman. “Oh tanteku yang cantik, akan kubawa dirimu menggapai kepuasan sampai ke langit ketujuh, dan akan kusemprotkan spermaku ke dalam rahimmu sampai kau hamil Duhai tanteku yang cantik”. Kataku dalam hati.
Aku pun mulai berusaha melepaskan BH tanteku yang sedari tadi seperti mau “tumpah” dari BHnya karena tidak muat. Setelah lepas aku langsung menciumi dada tanteku yang besar dan kuhisap putting yg mengacung keras tanda dia terangsang atas permainanku.
“Ohhh Man, nikmat sayang terusshh jangan berhenti ahhss” ujar tanteku yang terangsang karena hisapanku.
Setelah puas mempermainkan payudaranya. Aku pun turun sambil menciumi perutnya yang mulus dan sampailah di vagina tanteku yang masih tertutup oleh celana dalamnya sudah becek karena cairan pelumasnya sudah keluar cukup banyak.
Akhinya kulepaskan celana dalam tante yang menutupi vaginanya. Kulihat vagina tanteku yang merah dan jembutnya yang tercukur rapi begitu merangsangku. Oh ini jadi rahasia keharmonisan mereka berdua, pantas saja paman begitu sayang pada tante sehingga dia sanggup berlama-lama berduaan dengan tante di kamar ketika pulang dari luar kota. Teringat dalam diriku pernah beberapa kali mendengar suara desahan mereka berdua dari dalam kamar. Aku pun hanya tersenyum mendengar desahan ala suami istri dari kamar tanteku itu. Kini aku tidak hanya bisa mendengar desahan tanteku tapi sebentar lagi aku akan menggapai kepuasan dengan wanita yang manimangku 22 tahun yang lalu saat menemani mamaku lahiran.
Kujilati vagina tanteku yang sudah begitu becek tersebut untuk meningkatkan rangsangan pada tubuhnya. tanteku sedari tadi hanya mampu mendesah-desah menikmati permainanku yang begitu perlahan namun pasti, membuat kami terjatuh dalam kenikmatan incest ala ponakan dan dan tante kandung.
10 menit sudah aku menjilati vagina tanteku yang nikmat ini. Ingin rasanya kumasukkan penisku yang putih dan panjang ini ke dalam vaginanya, namun aku menunggu permintaan langsung dari tanteku. Sampai akhirnya hal yang ditunggu-tunggu itupun tiba.
“Ilman tolong masukkan penismu ke dalam vagina tante ya, tante udah gak tahan lagi sayang”. Kata tanteku sambil menarik rambutku untuk menjauhi vaginanya.
“Lho, kan tadi tante bilang kita kan tante dan ponakan gak boleh ngentot”. Kataku sambil menggodanya.
“Kamu ini! cepetan tusuk penismu ke punya tante sekarang!” ujarnya sambil agak marah menahan nafsunya yang telah terbakar.
Aku pun tanpa banyak tanya langsung naik ke atas tubuh tanteku, kembali kucium bibirnya dan wajahnya sembari mengarahkan penisku ke dalam vagina tanteku dibantu oleh tangan tante yang juga membantu untuk memuluskan masuknya penisku ke dalam vaginanya.
“Ohh besarnya penis ponakan tante, puaskan tante, buat tante melayang sayang”. Kata tante merasakan masuknya penisku ke dalam vaginanya.
“Ohh iya tan, vagina tante juga nikmat dan sempit banget, minum jamu rapet ya makanya jadi gini”. Kataku sambil terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya.
“Tahu aja kamu Man, kalo gak minum jamu rapet mana mungkin pamanmu bakal setia sama tante, hihihihi.” Kata tante sambil tertawa kecil.
“Ihh tante, kenapa ngomongin paman sih, kan sekarang tante lagi sama aku jangan ngebahas paman dong, aku kan jadi cemburu sama tante”. Kataku cemburu mendengar perkataannya.
“Kamu juga tadi ngebahas Vira di depan tante, emangnya kamu pikir tante gak cemburu apa sama kamu?” Ujarnya membalas perkataanku.
“Iya aku janji gak bakal ngebahas Vira lagi di depan tante soalnya sekarang aku udah jatuh cinta sama tante Ahhhss!” ujarku sambil meneruskan genjotanku pada tante.
“tante juga jatuh cinta sama kamu Man, ayo puaskan tante sayang Ohhh” Katanya sambil menahan genjotanku yang semakin kencang.
Aku terus menggenjot tubuh tanteku dengan bersemangat. Suara “Plak, Plok, Plak, Plok” begitu menggema dalam kamar ini. Untung saja Mbok Minah sedang pulang kampong dan paman sedang di luar kota sehingga kami aman melakukan “hubungan terlarang” yang sangat menggairahkan ini.
Kami sering berganti posisi, kadang aku yang di atas, kadang juga tante yang di atas, sesekali kami bercinta dalam posisi menyamping sambil menikmati wajah cantiknya, semua kami lakukan dengan penuh cinta dan nafsu.
tanteku pun sudah 3 kali menikmati orgasmenya, sedangkan aku belum mendapatkannya kendati aku merasakan bahwa puncakku juga semakin dekat.
Setelah hampir satu jam berlalu, aku merasakan penisku mulai berkedut-kedut tanda akan keluar, dalam posisi semula (misionaris) yaitu aku di atas dan tante di bawah, aku pun mulai meningkatkan intensitas sodokanku pada vagina tanteku dan mulai menyodoknya lebih dalam dari biasanya. Saat sodokanku makin dalam, aku merasa ada sesuatu yang kenyal di ujung vaginanya. Aku segera sadar bahwa itu adalah rahim tante tempat aku dikandung dulu.
“Ohh sayang kamu mau keluar ya, kok tambah ganas nyodoknya, udah gitu kamu nyodoknya sampai ke rahim tante lagi ohh ohh ohh”. Ujarnya sambil mendesah-desah.
“Iya aku udah mau keluar tan, boleh ya aku keluarin di dalam”. Kataku sambil terus menyodoknya.
“Jangan nak, nanti tante hamil anakmu”. Kata tanteku cemas.
“Aku udah gak tahan lagi tan, Ohh Ohh Ohh PLAK PLOK PLAK PLOK”. Ujarku yang sudah tidak tahan lagi.
Akhirnya 5 menit kemudian, aku mulai mengejang. Kumasukkan penisku dalam-dalam sampai menyentuh mulut rahimnya dan kusemprotkan spermaku habis-habisan ke dalam tubuhnya mengingat aku sudah sebulan tidak mengeluarkan sperma.
“AHH tante ini dia terima spermaku OHH OHH OHH CROT CROT CROT CRUUOOOTT CRUUOOOTT CROTT CROTT AHHH”. Kataku sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.
“AHH Man, kenapa kamu keluar di dalam OHH OHH CREEETT CREEETT CREEETTT CREEETT AHH”. Kata tanteku yang juga menyambut orgasmenya.
Perlu diketahui aku menyemprotkan spermaku banyak sekali hasil “tabunganku” selama sebulan yang tidak dikeluarkan. Ada kurang lebih 15 kali semprotan ke dalam rahim tanteku dan kuyakin ia pasti merasakan spermaku yang hangat masuk ke dalam rahimnya. tanteku pun keluar sebanyak 7 kali, bisa dibayangkan betapa beceknya kemaluan kami.
Akhirnya setelah menngeluarkan cairan kami masing-masing aku pun ambruk di atas tubuh tanteku. Kulihat wajahnya yang cantik memandangku sayu dengan air mata bercucuran membasahi pipinya. Aku pun mengelap air matanya dengan tanganku lalu kucium kening dan bibirnya.
“Kenapa tante nangis, emangya tadi aku kasar ya mainnya”. Tanyaku sembari membelai rambutnya yang sedikit pirang.
“tante takut hamil Man, sekarang ini tante lagi masa subur, apalagi tadi sperma kamu keluarnya banyak banget lagi di rahim tante, kalo nanti jadi anak gimana?” katanya sambil terisak-isak
“Udah tan gak apa-apa, nanti kalo tante hamil aku bakal tanggung jawab kok, inikan anakku juga tan.”. Kataku berusaha menenangkannya walaupun aku tahu kalo tante hamil maka paman lah yang akan bertanggung jawab secara status dia masih sah sebagai suami tante.
“Tapi kan kamu ponakan tante Man, masa ponakan ngehamilin tantenya sendiri sih”. Kata tanteku disela tangisnya yang mulai mereda.
“Ya mau gimana lagi tan, mungkin ini memang udah jadi takdir kita.” Ujarku sambil mencium keningnya.
Akhirnya tanteku pun berhenti menangis dan mulai terlelap karena kelelahan. Sementara aku masih terjaga sambil menindih tubuh tante dan menikmati paras cantiknya yang sedang terlelap.
Setengah jam kemudian, aku yang masih terjaga dalam posisi menindih tanteku mulai merasakan getaran nafsu kembali untuk menyetubuhinya. Di saat ia tertidur aku pun mulai menyodoknya pelan sambil mencium kening dan pipinya. Persetubuhan yang kedua ini kulakukan saat tante sedang terlelap. Aku berusaha untuk tidak membangunkannya yang sedang tidur kelelahan.
Namun karena sodokanku terlalu pelan, sulit bagi diriku mencapai orgasme yang kedua. Maka kupercepat sodokanku dan kumasukkan penisku lebih dalam hingga menyentuh mulut rahim tanteku. Karena kencangnya sodokan penisku membuat cairan pelumas dari vagina tante kembali keluar dan perlahan-lahan tante pun terbangun dari tidur lelapnya.
“Kok masih belum puas sih kamu Man, padahal tadi kan kamu udah keluar banyak di rahim tante”. Kata tanteku yang terbangun dengan mata sayu karena masih kelelahan.
“Aku masih ingin lagi tan, OHH OHH”. Ujarku sambil mempercepat sodokanku.
“Terserah kamu deh, tante mau tidur, kecapean soalnya disodok habis-habisan sama kamu tadi.” Katanya sambil kembali memejamkan matanya.
Beberapa menit kemudian aku pun merasa akan keluar lagi, kupercepat sodokanku dan mulai menusukkan penisku dalam-dalam supaya mencapai rahim tanteku. Di sela-sela sodokanku yang makin keras ke dalam rahim tanteku tiba-tiba ia memeluk tubuhku dan merapatkan pinggulku pada pinggulnya. Aku pun sadar bahwa tanteku sebenarnya tidak tertidur dan hanya memejamkan mata sembari menikmati sodokanku.
“Ohh tan, aku mau keluarin spermaku di rahim tante biar jadi anak kita! OHH OHH CROT CROT CROT CROT”. Kali ini hanya 7 kali semprotan tapi terasa sangat nikmat. tanteku pun keluar sebanyak 4 kali tapi bedanya kali ini dia hanya berteriak kecil nyaris tak terdengar.
Akhirnya aku pun ambruk di atas tubuh tanteku. Setelah puas menikmati orgasme dan wajah cantiknya, kucabut penisku dari vaginanya dan benar saja, aliran spermaku yang berwarna putih dan sangat kental itu ikut keluar dari dalam vaginanya membentuk aliran sungai kecil yang sedikit membasahi sprei. Kuambil tissue yang ada di tepi ranjang kubersihkan vagina tanteku sekenanya lalu, kuambil bantal untuk mengganjal pinggulnya sehingga spermaku dan cairan vaginanya berhenti keluar. Untuk memastikannya aku sempat mengangkat pinggul tanteku ke atas untuk memastikan tidak ada lagi sperma yang keluar. Setelah melakukan hal tersebut aku pun langsung mengambil posisi tidur di samping tanteku sembari memeluknya dengan erat.
Malam harinya aku terbangun, kulihat tante sudah tidak ada di sampingku. Kubereskan baju dan celanaku yang berserakan di lantai kamar, namun tidak kulihat gaun tante yang aku lepaskan tadi. Aku berpikir mungkin tante sudah membereskannya tadi. Kupakai celanaku lalu kuambil handuk dan mandi untuk membersihkan diri dari sisa-sisa percintaan dengan tanteku.
Setelah mandi dan berganti baju aku pun langsung menuju meja makan. Kulihat tanteku sudah menunggu dengan senyum manisnya. Dia pun menyuruhku duduk untuk menikmati makan malam bersama. Selama makan malam kami tidak banyak mengobrol tapi bisa kulihat tatapan mata tanteku yang penuh arti melihatku. Aku pun membalasnya dengan senyuman manis.
Setelah makan kami pun nonton TV bersama di ruang keluarga sambil mengobrol lebih banyak, kali ini kami tidak membahas seks hanya membahas tentang kelanjutanku kalau nanti lulus kuliah dan bagaimana dalam menghadapi dunia kerja nanti. tante banyak memberikanku nasihat dan aku pun hanya mendengarkan nasihatnya sambil menyender di bahunya yang mulus.
Malamnya tante pun mengajakku tidur bersama dengannya di kamarnya. Aku dengan senang hati menyanggupinya, namun saat tidur berdua di kamar tante kami hanya berbaring berpelukan mesra tanpa “gituan” karena tubuh kami sudah lelah akibat bercinta sore hari tadi.
Persetubuhan itu kami lakukan terus-menerus dengan rata-rata intensitas 4-5 kali seminggu, aku pun terus menikmatinya hingga dua bulan kemudian kabar mengejutkan pun datang.
Dua
Bulan Kemudian
Suatu pagi tante menggedor pintu kamar dan
memanggil namaku. Sontak aku terbangun dan membuka pintu kamar.
Kudapati tante persis di depan pintu dengan daster biru toska.
Matanya berbinar dan bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan
sesuatu.
“Ada apa, tan?” tanyaku panik.
“Man, tante hamil”
tante memelukku. Erat sekali. Aku tak bisa berkata-kata lagi dan kupeluk tubuh tante dengan erat. Pikiranku menerawang jauh melewati kisi-kisi jendela kamar. tante akan punya anak. Aku senang berbaur bingung dan sedih. Banyak tanya yang hilir mudik di kepalaku. Kenapa tante bisa hamil? Bagaimana perasaan paman saat ia tahu kalau tante sedang hamil?
“Kamu kenapa, Man? Kok bingung seperti itu?”
“Anu..anu…” aku tergagap.
“Jangan khawatir, tante takkan memberitahu pamanmu”
“Tapi, paman harus tahu, tan!”
“Nanti saja kalau pamanmu pulang, biar tak mengganggu kerjaannya”
Perasaanku mulai tenang. tante benar, jangan sampai berita ini mengganggu konsentrasi paman. Lagipula seminggu lagi paman balik dari Palangkaraya. Semoga paman tak menuduhku menghamili tante. paman selalu menasehatiku sesaat sebelum berangkat keluar kota kalau aku harus menjaga tante dengan baik dan tak berbuat hal yang memalukan keluarga. paman pernah berkelakar bahwa jangan sampai aku menghamili anak orang lagi, apalagi sampai menghamili tante. Kami bertiga pasti akan tertawa setelah paman mengulang kelakar itu sehabis sarapan.
Namun kelakar paman kali ini membawa kenyataan, aku sekarang sudah menghamili tante. Buruk sekali memang perbuatanku, dulu aku menghamili Vira pacarku hingga dia menggugurkan kandungannya, sekarang justru tanteku sendiri yang kuhamili. Aku pun hanya bisa berdoa semoga perbuatanku dan tante tidak diketahui pamanku dan dia merasa bahwa anak di kandungan istrinya adalah benih darinya. Semoga.
Seminggu kemudian pada malam harinya paman akhirnya tiba dirumah. Aku dan tante menyambutnya dengan antusias. paman membawakan kami banyak oleh-oleh dari Palangkaraya. Setelah membuka oleh-oleh dari paman kami pun menuju meja makan untuk makan bersama. Aku dan paman memuji masakan tante pada malam itu karena porsinya yang banyak dan terasa lezat. Di waktu makan paman menanyakan apa saja yang kami lakukan selama 3 bulan ia berada di luar kota dan menanyakan apakah aku menjaga tante dengan baik. tante menjawab bahwa selama 3 bulan ini aku dan tante menunggui rumah dan ketika akhir pekan jika aku tidak ada acara dengan teman kami berdua biasa jalan-jalan menemani tante belanja atau makan berdua di restoran. paman memujiku karena telah menjalankan tugas dengan baik. Makan malam saat itu banyak diselingi canda tawa dari paman, aku pun sesekali menanggapi candaannya begitu juga dengan tante.
“Hebat kamu ya Man, bisa gantiin tugas paman buat jagain tante kita yang cantik ini hehehehe”. Canda pamanku yg dibalas dengan cubitan ringan dari tanteku
“Iya dong yah, nanti kalo gak dijagain bisa-bisa tante diapa-apain lagi sama orang kan nanti kita yang repot”. Balasku pada paman.
“Tapi kamu gak ngehamilin tante kamu kan kayak sama Vira dulu? Awas ya kalo sampe kayak gitu tak jadikan rawon dagingmu itu hahahahaha”. Balas pamanku
“Ih paman becandanya kok gitu, Ilman kemaren jagain tante dengan baik kok, Ya gak Man?”. Tanya tanteku sambil mengerlingkan matanya
“Tau nih paman, bukannya ngasih motivasi malahan ngungkit-ungkit masa lalu”. Kataku sambil memanyunkan bibir.
“Maaf deh, paman cuma bercanda kok, yaudah dilanjut gih makannya nanti keburu dingin lagi. Ujar pamanku meminta maaf dan mengalihkan pembicaraan.
“Oh paman maafkan aku, sebenarnya selama 3 bulan kepergianmu kemarin, aku sudah menanamkan benih spermaku ke dalam rahim istrimu yaitu tante kandungku sendiri, semoga kau mau menerima anak dalam kandungan tante itu sebagai anakmu”. Kataku dalam hati.
Selesai makan aku dan tante menuju ruang keluarga untuk menonton TV sementara paman masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sewaktu menonton aku memberanikan diri untuk bertanya pada tante.
“tan, usia kandungan tante udah berapa bulan?”. Tanyaku padanya.
“Udah hampir sebulan sih Man, memangnya kenapa?”. Balas tanteku.
“Aku takut paman tahu perbuatan kita tan, aku ngerasa bersalah waktu ngobrol pas makan malam tadi”. Kataku sambil menyenderkan kepalaku pada bahunya.
“Udah kamu gak usah pikirin itu sayang, biar nanti itu urusan tante buat ngeyakinin pamanmu, sekarang mendingan kamu fokus buat nyelesaikan skripsimu biar nanti bisa lulus dan dapet kerjaan”. Kata tanteku menenangkanku dan mengalihkan pembicaraan.
“Makasih ya tan buat pengertiannya, nanti aku bakal berusaha nyelesaikan skripsiku biar nanti bisa bahagiain tante”. Kataku sambil beringsut tidur di pahanya yang mulus sembari mencium perutnya yang sekarang terisi “dedek bayi” hasil semprotan spermaku ke rahimnya selama 3 bulan belakangan ini.
tanteku pun tersenyum sambil membelai kepalaku dan memegang tanganku untuk diusap-usapkan ke perutnya yang sedang “berisi” ini. 10 menit kemudian ketika paman selesai mandi, aku pun bangun dan minta izin tanteku untuk tidur karena mataku yg sudah berat.
Keesokan malamnya, aku mendengar suara desahan dari kamar orang tuaku, rupanya mereka tengah melepas kangen selama 3 bulan ini. Aku berinisiatif untuk mengintip apa yang terjadi di dalam sana. Saat aku melihat ke dalam, terlihat paman sedang menindih tante dan menyodok vaginanya dengan kencang, mereka mendesah-desah dengan hebat.
“Oh bun, punyamu kok makin tebel ya dibanding sebelum ayah tinggal 3 bulan kemarin, ayah jadi keenakan ini Ohh Ohh Ohh”. Kata pamanku sambil mendengus-dengus.
“ayah juga making ganas aja, waktu 3 bulan di Palangkaraya beneran “puasa” atau malah “jajan” sama cewek disana Ohh Ohh Ohh”. Tanya tanteku yang juga ikut mendesah karena sodokan paman.
“ayah disana beneran puasa kok bun, soalnya cewek disana gak ada yang secantik bunda Ohh Ohh Ohh”. Balas pamanku.
“Ih ayah udah tua masih aja gombal”. Kata tanteku sambil mencubit hidung pamanku yang mancung.
Pergumulan itu pun berlanjut hingga 10 menit kemudian mereka menggeram bersama sambil mengeluarkan cairan masing-masing. Tubuh pamanku pun ambruk menindih tubuh tanteku sambil meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan mereka tadi.
Setelah selesai menonton persetubuhan mereka, aku pun pergi ke kamar untuk meredakan nafsuku dengan bermasturbasi sembari membayangkan persetubuhan dengan tanteku. Setelah keluar cairan spermaku, walaupun terasa kurang nikmat tapi nafsuku lumayan mereda dan akhirnya aku pun tertidur lelap hingga keesokan harinya.
Beberapa hari kemudian, aku pun kembali aktif kuliah karena masa liburan sudah usai. Aku pun berusaha sesuai dengan janjiku pada tante untuk menyelesaikan kuliahku yang tinggal sedikit lagi. Aku dan tante masih melakukan hubungan seks secara teratur walaupun tidak sesering seperti waktu aku libur dikarenakan kesibukan skripsi.
Sebulan kemudian waktu sore hari aku mendengar suara percakapan dari kamar orang tuaku.
“tante kok bisa hamil sih, padahal kan usia tante udah cukup tua lho, udah 45 tahun”. Tanya pamanku keheranan.
“Ya jelas masih bisa Yah, walaupun usia tante udah 45 tahun tapi tante masih produktif dan gak pernah pake KB. Inget gak sebulan lalu waktu paman baru pulang dari Palangkaraya, keesokan malamnya paman setubuhin tante habis-habisan kan sampai sperma paman keluar di dalem rahim tante banyak banget? Nah waktu itulah tante lagi masa subur-suburnya”. Kilah tanteku sambil beralibi.
“Yaudah lah, kalo udah terlanjur hamil mau diapain lagi, yang penting jaga kandunganmu ya tan jangan sampai kecapean. Maafin kata-kata paman yang tadi ya”. Kata pamanku sambil memeluk tubuh tanteku dengan erat.
“Gak apa-apa yah, mungkin udah takdir kita untuk punya anak lagi di usia segini”. Jawab tanteku yang juga membalas pelukan pamanku dengan erat.
Melihat pertengkaran kecil mereka mereda aku pun langsung pergi ke kamarku lalu menguncinya. Di dalam kamar aku menangis menyesali perbuatanku karena gara-gara akulah paman dan tante sempat bertengkar kecil tadi perihal kehamilan tante. Untung saja mereka berdua cepat saling bermaafan dan keadaan kembali membaik. Aku bertekad untuk menyelesaikan skripsiku lebih cepat agar bisa membahagiakan paman dan tante plus “dedek bayi” yang ada di kandungan tante saat ini.
Malam harinya sewaktu di ruang makan, paman memberitahukan padaku bahwa aku akan punya “adik” lagi. Aku pun pura-pura terkejut dan senang mendengar berita ini. paman berpesan padaku untuk tidak menyusahkan tanteku yang sedang hamil dan juga bergantian menjaga tante kalau ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku pun mengiyakan pesan paman dan berjanji untuk menjaga tante dan “adikku” yang ada di dalam kandungannya.
Setelah makan seperti biasa aku dan tante langsung menuju ruang keluarga untuk menonton TV, sedangkan pamanku menuju ruang kerjanya karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Di sela-sela menonton TV kami pun mengobrol perihal kehamilan tante.
“tante pintar ya bisa ngeyakinin paman kalo bayi dalam kandungan tante ini dari benihnya paman, padahal kan bayi ini”. Kataku sambil mengusap perut tante.
“Itu udah jadi tugas tante sayang, yang penting sekarang kamu fokus sama skripsiku aja”. Kata tanteku memotong kata-kataku yang tidak aku selesaikan tadi.
Aku pun langsung memeluk tanteku dengan satu tangan dan mencium bibirnya sembari satu tanganku yang lain mengusap-usap perutnya sebagai tanda sayang. tante menegurku karena paman sedang ada di rumah. Aku pun menghentikan aksiku lalu melanjutkan nonton TV dengan tante sambil bersikap biasa layaknya tante dan anak.
Beberapa bulan kemudian tidak terasa usia kandungan tante telah mencapai 7 bulan. Hal itulah yang membuat perut dan payudara tante sudah semakin membesar dan badannya mulai melar. Melihat perubahan tubuhnya tersebut membuat aku semakin bergairah padanya. Sewaktu pagi sesudah paman berangkat kerja, karena hari ini aku tidak ada jadwal konsultasi skripsi dengan dosenku, aku memutuskan untuk dirumah saja agar bisa menikmati tubuh tanteku.
Aku melihat tante sedang tertidur kecapaian setelah menemani paman sarapan, untung saja ada Bi Minah yang membantu di rumah, kalo tidak pasti tante kewalahan mengurus rumah. Melihat itu aku berinisiatif untuk menggendong tante ke kamarnya, sewaktu aku membawa tante ke kamar aku berpapasan dengan Bi Minah dan bertanya padaku yang sedang menggendong tante.
“tante mau dibawa kemana den Ilman?” Tanya Bi Minah.
“Aku mau bawa tante ke kamarnya Bi, kasian soalnya tadi ngeliat tante ketiduran di sofa, aku takut tante jatuh dari sofa”. Jawabku pada Bi Minah.
“Yaudah hati-hati gendongnya den Ilman, biasa orang kalo hamil tua emang bawaannya sering kecapean melulu”. Ujar Bi Minah menasihatiku.
“Iya bi, ini aku gendongnya pelan-pelan kok”. Jawabku padanya.
“Den tadi Bibi udah bikinin nasi goreng buat Aden sarapan, nanti kalo udah bawa tante ke kamarnya, Den Ilman langsung sarapan ya soalnya Aden kan belum sarapan apalagi ngegendong tante ke kamarnya pasti lapar dan capek banget”. Ujar Bi Minah yang memang perhatiannya membuatku seperti punya tante kedua.
“Iya makasih ya Bi.” Ucapku berterima kasih.
“Den maaf ya Bibi gak bisa lama-lama soalnya Bibi ada acara nikahan sodara di Kendal, jadi nanti abis bersih-bersih Bibi mau langsung kesana, Oh ya nanti kalo tante udah bangun bilangin Bibi izin ya”. Kata Bi Minah memohon Izin.
“Iya nanti aku sampaikan ke tante, oh ya kapan Bibi pulangnya?”. Tanyaku padanya.
“Besok juga udah pulang kesini Den, yaudah Bibi lanjut bersih-bersih dulu ya. Kata Bi Minah.
“Ok Bi”. Tutupku
Aku pun langsung membawa tante ke kamarnya dan membaringkannya diatas ranjang. Setelah itu aku mengisi perut dengan sarapan dan mandi. Setelah mandi aku mengecek keadaan dan kulihat Bi Minah sudah tidak ada dirumah. Aku pun langsung menuju kamar tanteku untuk melampiaskan nafsuku yang sudah di ubun-ubun.
Aku pun langsung membuka pintu kamar tanteku lalu menguncinya supaya aman dan kulihat ia masih tertidur pulas disana. Satu jam sudah kutinggal rupanya tante masih berbaring terlentang dengan desahan nafasnya yang terdengar halus. Melihat tubuh putih mulusnya dengan payudaranya yang membesar karena hamil membuat nafsuku kian terbakar. Aku pun mulai menciumi wajahnya seperti kening, pipi, dan bibir, lalu turun ke lehernya. Pelan-pelan kubuka baju tanteku dan celananya lalu kulemparkan ke lantai kamar sehingga ia telanjang bulat sampai tidak ada sehelai benang pun menutupi tubuhnya.
Setelah berhasil menelanjanginya, aku juga melucuti baju dan celanaku dan kulempar ke lantai sehingga aku juga sama-sama telanjang bulat seperti tante dengan penisku yang mengeras sempurna dan mengangguk-angguk minta dimasukkan ke Vagina tante
Aku pun menciumi tubuhnya dan kuhirup wangi sabun yang masih segar di tubuhnya. Rupanya tante sudah mandi tadi pagi sama sepertiku. Aku pun mulai menciumi payudara lalu turun ke perut, paha dan vaginanya. Kujilati vaginanya yang mulai becek karena terangsang, kemudian aku kembali ke payudaranya untuk mencium dan menjilatinya. Aku memberanikan diri untuk menghisap payudaranya dan benar saja, aliran ASI yang manis mulai masuk ke mulutku dan kutelan dengan lahap. Sungguh lezat air susu tanteku membuatku ketagihan untuk menghisapnya.
Setelah puas menghisap air susunya, aku pun tidak sabar untuk menikmati tubuhnya yang sedang hamil itu. Selanjutnya kumiringkan tubuh tanteku membelakangi arahku mengingat kondisi perutnya yang sedang hamil 7 bulan membuatku tak mungkin menyetubuhinya dalam kondisi konvensional. Setelah berhasil kumiringkan, kuangkat sedikit kakinya lalu kumasukkan penis besarku ke dalam vaginanya secara perlahan-lahan.
Setelah berhasil memasukkan semua penisku, barulah tubuh tanteku mulai menggeliat mengeluarkan desahan namun matanya masih dalam kondisi terpejam. Aku merasa sepertinya tante sangat kelelahan sekali saat ini tidak seperti biasanya, padahal sewaktu belum hamil ketika tertidur pulas, kalau kucium bibirnya sedikit saja pasti tante langsung bangun. Aku pun mulai menggenjotnya dengan pelan.
5 menit sudah aku menggenjot tubuhnya sambil mendesah pelan, kulihat tanteku mulai sadar dan membalikkan lehernya menghadap ke arahku dan memandangku dengan tatapan sayu.
“Man, tante lagi capek banget nih kok malahan kamu sodok sih?”. Tanya tanteku pelan.
“Aku gak tahan waktu ngeliat tante tidur di sofa tadi makanya aku bawa tante ke kamar biar lebih bebas buat ngegenjot tante Ohh Ohh Ohh”. Jawabku sambil mendesah.
“Nanti ketahuan Bi Minah lho sayang”. Ujar tanteku dengan tatapan sendunya.
“Tenang tan, Bi Minah tadi udah izin sama aku buat ngehadirin nikahan sodaranya di Kendal, katanya sih besok baru pulang”. Kataku menyampaikan pesan Bi Minah tadi pada tante.
“Yaudah gak apa-apa, tapi kamu genjotnya yang pelan ya, ingat lho sama anak kembarmu yg ada di rahim tante”. tanteku mengingatkan.
Aku pun melanjutkan genjotanku dengan perlahan. 30 menit sudah aku menggenjot tubuhnya. Tidak ada tanda-tanda aku untuk orgasme, sementara tante sudah 2 kali mencapai orgasmenya. Aku pun berinisiatif untuk mengubah posisi menjadi doggie style. Kuberanikan diri untuk meminta ia mengubah posisinya menjadi menungging.
“tan, ganti posisi jadi nungging dong, kalo posisi nyamping kayak gini terus aku jadi tambah lama keluarnya”. Pintaku pada tante.
“Aduh tante udah capek banget ini sayang”. Keluh tanteku.
“Ayolah tan, sekali aja, biar aku bisa cepet keluar”. Kembali aku meminta padanya.
Akhirnya tante pun menuruti permintaanku untuk menungging. Aku pun pada awalnya kembali menggenjotnya dengan perlahan seperti pada posisi awal tadi. Namun, karena merasa ingin cepat keluar, kupercepat genjotanku pada vaginanya. Merasa sodokanku makin keras. tanteku pun kembali memperingatkanku untuk melakukannya dengan perlahan.
“Man, yang pelan dong genjotnya, ada anak kembarmu ini rahim tante Ohh Ohh Ohh” kata tanteku kembali mengingatkanku sambil mendesah nikmat.
“Sabar tan, bentar lagi aku juga keluar kok tenang aja”. Jawabku menenangkannya.
10 menit kemudian, aku merasakan ujung penisku mulai geli dan ingin menyemburkan isinya. Ketika akan keluar, terbayang dalam otakku ingatan rangkaian peristiwa persetubuhanku dengan tante dari awal sebelum hamil sampai akhirnya tante hamil anak kembarku sekarang. Bayangan itulah yang membuat aku menjadi lebih bernafsu dengan tanteku saat ini dibandingkan dengan sebelumnya. Kupercepat genjotanku pada tante sampai pada akhirnya kutekan penisku dalam-dalam dan akhirnya keluarlah spermaku dalam jumlah yang luar biasa dahsyat.
“Ohh tan aku mau keluar, ini terima spermaku tan Ohh Ohh CROOOOT CROOOOT CROOOOT CRUOOOT CRUOOOT CROOOOT Ahh Ahh”. Teriakku sambil mengeluarkan spermaku lebih banyak ke tubuh tanteku dibandingkan dari biasanya.
“Ohh Man, tante juga keluar lagi sayang CREEET CREEET CREEET CREEET Ahh Ahh”. Balas tanteku yang juga sudah keluar untuk ketiga kalinya.
Akhirnya aku dan tante pun berhasil mencapai kenikmatan maksimum dari persetubuhan kami pagi ini. Aku pun mencabut penisku dari vaginanya dan membantunya untuk mengubah posisinya dari menungging menjadi berbaring miring menghadapku. Setelah itu kami pun berbicara santai.
“Man, tadi kok tante ngerasa sperma kamu keluarnya banyak banget lebih banyak dari biasanya”. Ujar tanteku keheranan.
“Iya tan soalnya pas tadi aku mau keluar aku jadi terbayang persetubuhan kita dari awal sebelum tante hamil pas kita baru pulang beli gaun tante di butik sampai terakhir tante hamil anak kembarku seperti saat ini”. Ujarku sembari mencium kening dan memeluknya.
“Senafsu itukah kamu sama tante Man, sampai ngebuat Vagina tante banjir kayak gini”. Tanya tanteku membalas pelukanku.
“Bukan hanya nafsu tan, tapi aku juga mencintaimu sebagai orang yang paling berharga dalam hidupku, I Love You tante”. Ujarku dengan mesra.
“Love You Too Sayang”. Balas tanteku.
Beberapa saat kemudian aku melepaskan pelukanku dan melihat spermaku keluar dari vagina tanteku terus mengalir ke pahanya dan sedikit mengenai sprei. Aku pun berinisiatif untuk mengambil kain lap yang ada di kamar tante untuk membersihkan tubuh tanteku dari aliran spermaku. Setelah selesai kami pun tertidur berdua sambil berpelukan mesra di kamar tante hingga siang harinya.
Kurang lebih 2 bulan kemudian, di usia yang ke 46 tahun tante akhirnya melahirkan anak kembarku di rumah sakit di rumah sakit ditemani oleh aku dan paman. Mereka berdua kembar beda kelamin. Setelah berembuk kami sepakat menamai mereka Rangga dan Arini. Sewaktu paman keluar menerima Telfon aku pun berbincang dengan tante.
“Man, Rangga mirip banget ya sama kamu, liat deh hidungnya yang mancung sama badannya kekar. Persis kayak waktu tante lihat kamu baru lahir dulu”. Ujar tanteku.
“Arini juga mirip banget sama tante, liat aja rambutnya agak pirang gitu persis kayak tante”. Ujarku sambil mengamati Arini.
“Namanya juga anak kita berdua pasti mirip sama papa dan mama kandungnya dong ya gak Man”. Kata tanteku sambil mengerlingkan matanya.
“Ehh Iya tan hehehe”. Ujarku sambil tertawa kecil.
2 bulan kemudian akhirnya aku pun diwisuda. Setelah berjuang selama 5 tahun akhirnya aku berhasil mencapai gelar sarjana. Hari ini aku begitu bahagia karena kedua orang tuaku plus kedua “adikku” ikut meramaikan wisudaku. tanteku dengan dandanan cantiknya yang sangat khas seperti wanita Indo-Belanda dan pamanku yang gagah dengan jas dan dasinya plus kedua “adikku” yang lucu membuatku begitu bahagia pada hari tersebut. Saat paman menyingkir sebentar untuk menerima Telfon, aku pun berbincang dengan tante.
“Ilman, inget ya sama kedua anakmu ini, kamu harus nafkahin mereka berdua karena mau bagaimana pun mereka berdua ini darah daging kamu”. Kata tanteku mengingatkanku sambil mengelus kepala mereka berdua yang tengah tertidur dalam kereta bayi.
“Tenang tan, kemarin Ilman sudah dapat tawaran kerja dari perusahaan besar, gajinya juga lumayan, cuman mereka ngasih syarat untuk nunjukkin ijazah S1 kalo mau diterima kerja disana. Makanya tan, Ilman belum bisa dapet kerjaan kemaren, tapi tenang aja kalo udah pegang ijazah Ilman yakin bisa diterima”.
“Nah gitu dong, itu baru namanya “ayah” yang bertanggung jawab sama anaknya hihihihi”. Kata tanteku sambil tertawa kecil.
Akhirnya kami pun saling tersenyum satu sama lain.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar