Kamis, 14 Juli 2022

Vagina Rapet Tetanggaku


Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari tiga orang. Sebagai anak muda yang sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada malam minggu.

Pada suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 dua orang temanku tidak muncul di pos perondaan. Aku tidak peduli mau datang apa tidak, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tidak baik untuk dipaksa-paksa. Biarlah aku ronda sendiri tidak ada masalah.

Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengelilingi rumah-rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping rumah Pak Tadi, aku melihat kaca nako yang belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yang membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi. Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja. Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Tadi dan istrinya. Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yang memburu dan gemerisik dan goyangan tempat tidur lebih jelas terdengar. “Ssshh… hhemm… uughh… ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Tadi yang ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya penis Pak Tadi sedang mengocok liang vagina Bu Tadi. Aduuh, darahku naik ke kepala, penisku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Tadi menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Tadi yang cantik dan bahenol itu.

“Oohh, sshh buuu, aku mau keluar, sshh… ssshh..” terdengar suara Pak Tadi tersengal-sengal. Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Tadi sudah ejakulasi dan pasti penisnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Tadi. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan penis yang kemeng karena tegang dari tadi.

Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tidak terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yang tidak rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yang mengamati kegiatan mereka di sore hari. Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur. Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Tadi yang kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Tadi), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Tadi dan khususnya suara Bu Tadi yang keenakan disetubuhi suaminya.

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Tadi juga biasa-biasa saja, namun tidak dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Tadi itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yang besar dan bagus. Aku menyadari bahwa hal itu tidak akan mungkin, karena Bu tadi istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Tadi pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tidak ada yang tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Tadi.

Pada suatu hari aku mendengar Pak Tadi opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yang penting aku mencoba membangun hubungan yang lebih akrab dengan Bu Tadi. Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Tadi. Sore itu, mereka sepakat Bu Tadi akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Tadi sudah beberapa hari tidak pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.

Sehabis mahgrib aku bersama Bu Tadi pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Tadi. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekatai Bu Tadi.

“Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Tadi sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan yaa”, kataku hati-hati.

“Ya, itulah Dik Budi. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Tadi.

“Tapi anu tho bu… anuu.. bikinnya khan jalan terus.” godaku.

“Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik Budi” jawab Bu Tadi agak kikuk. Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayang kembali desahan Bu Tadi yang keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.

“Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.

“Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Budi kimpoi. Sudah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo”, kata Bu Tadi.

“Eeh, benar nih Bu Tadi. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yang kayak Ibu Tadi ini lhoo”, kataku menggodanya.

“Lho, kok hanya kayak saya. Yang lain yang lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”, katanya sambil ketawa.

Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu tadi harus aku dapatkan.

“Eeh, Bu Tadi. Kita kan nggak usah buru-buru nih. Di rumah Bu Tadi juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.

“Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.

“Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.

“Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Budi. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Tadi setuju. Batinku bersorak.

Kami berehenti di warung bakmi yang terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku persempit.

“Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yang kayak Bu Tadi dong Bu. benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Tadi marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Tadi penasaran.

“Emangnya kenapa siih.” Bu tadi memandangku penuh tanda tanya.

“Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil.

“Anu bu… tapi janji tidak marah lho yaa.”

“Bu Tadi terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu tadi. Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Tadi. Aku menyadari ini nggak betul. Bu Tadi kan istri tetanggaku yang harus aku hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Tadi melongo, memandangiku. sendoknya tidak terasa jatuh di piring. Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tidak berani memandangiku lagi.

Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir. Di luar dugaanku, Bu Tadi balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tidak ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayang-layang. Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.

“Awaas! hati-hati!” Bu Tadi menjerit kaget.

“Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.

“Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”, kata Bu tadi. Kami tertawa. Kami tidak membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang.

Di rumah aku mencoba untuk tidur. Tidak bisa. Nonton siaran TV, tidak nyaman juga. Aku terus membayangkan Bu Tadi yang sekarang sendirian, hanya ditemani pembantunya yang tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Tadi. Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yang mendorongku, tahu-tahu aku sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Tadi. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, “Buu Tadi, aku Budi,” kataku lirih. Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Tadi bangun dan takut. Bisa juga mengira aku maling. “Aku Budi,” kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit. Nako terbuka sedikit. “Lewat belakang!” kata Bu Tadi. Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi, Bu Tadi aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Tadi membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.

“Aku nggak bisa tidur”, bisikku.

“Aku juga”, katanya sambil memelukku erat-erat.

Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman lagi dengan lebih bernafsu. “Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen,” bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya. Nafsu kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur. Bu Tadi membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yang besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Tadi menyingkapkan dasternya ke atas, dia tidak memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung. Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yang berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan, dan Bu Tadi meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya. Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. Penisku langsung tegang tegak menantang. Bu Tadi segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung penisku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Tadi, bertelekan pada sikut dan dengkulku.

Kaki Bu Tadi dikangkangkannya lebar-lebar, penisku dibimbingnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala penisku masuk, semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Tadi. Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. Penisku dijepit kemaluan Bu Tadi yang sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu. “Aduuh, Dik Budi, Dik Budii… enaak sekali, yang cepaat.. teruus,” bisik Bu Tadi sambil mendesis-desis. Kupercepat lagi. Suaranya vagina Bu Tadi kecepak-kecepok, menambah semangatku. “Dik Budiii aku mau muncaak… muncaak, teruus… teruus,” Aku juga sudah mau keluar. Aku percepat, dan penisku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam vagina Bu Tadi sampai amblaas. Pangkal penisku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam vagina Bu Tadi. Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayang entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi puas sekali.

Kucabut penisku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yang terucapkan, ciuman dan belaian kami yang berbicara.

“Dik Budi, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yang tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak”, katanya sambil mencubitku. Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Tadi tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku kimpoi dengan wanita lain. Bu Tadi walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.

Keluarga Pak tadi sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yang cantik. Apabila di kedepankan, Bu Tadi sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. Tetanggaku pada meledek Bu Tadi, mungkin waktu hamil Bu Tadi benci sekali sama aku. Karena anaknya yang cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yang persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.

Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Tadi istri tetanggaku yang cantik itu tetap berlanjut sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkimpoianku yang sudah berjalan dua tahun lebih, kami belum dikaruniai anak. Istriku tidak hamil-hamil juga walaupun penisku kutojoskan ke vagina istriku siang malam dengan penuh semangat. Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yang besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah naik. Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar vaginanya yang tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja penisku ke vaginanya. Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.

Tetapi karena istriku tidak hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tidak. Karena sudah terbukti Bu Tadi hamil, dan anakku yang cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan keluarga Pak Tadi. Apakah istriku yang mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yang teratur, aku yakin istriku subur juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Tadi? aah, mosok. Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu Tadi itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan, dipelihara, dan dilestarikan.

Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Tadi, kami sepakat dengan membuat kode khusus yang hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Tadi tidak ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Tadi memadamkan lampu di sumur belakang rumahnya. Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Tadi. (Anda dapat meniru caraku yang sederhana ini. Gratis tanpa bayar pulsa telepon yang makin mahal). Karena dari samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Tadi, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut. Tetapi pernah tanda itu tidak ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Tadi sudah bosan denganku. Tetapi ternyata memang kesempatan itu benar-benar tidak ada, sehingga tidak aman untuk bertemu.

Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Tadi di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata, “Dik Budi, besok malam minggu ada keperluan nggak?”

“Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?” jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tidak bermesraan.

“Nanti ke rumah yaa!” katanya dengan tersenyum malu-malu.

“Emangnya Pak Tadi nggak ada?” kataku. Dia tidak menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa, darahku pun berdesir juga membayangkan pertemuanku malam minggu nanti.

Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tidak menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu Tadi. Aku hanya memakai sarung, (tidak memakai celana dalam) dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan memang kalau tidur aku tidak pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih rileks dan tidak sumpek, serta penisnya biar mendapat udara yang cukup setelah seharian dipepes dalam celana dalam yang ketat.

Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Tadi sudah padam dari tadi. Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping rumah Bu Tadi. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tidak berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali. Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Tadi masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tidak mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Tadi mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu tadi tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.

“Paa, sudah lama kita nggak begini”, katanya lirih. Bu Tadi sekarang kalau sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya. Nampaknya Bu Tadi menghayati betul bahwa Nia, anaknya yang cantik itu bikinan kami berdua.

“Pak Tadi sedang kemana sih maa”, tanyaku.

“Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Nia saja yang ikut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, katanya sambil terus mendekapku.

“Maa, aku mau ngomong nih”, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Tadi diam saja dan memandangku penuh tanda tanya.

“Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu, mustinya secara fisik, kami tidak ada masalah. Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal bikinnya tidak pernah berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Tadi memandangku.

“Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tidak akan mengijinkan adiknya Nia kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya, dan pasti suamiku akan sayang sekali. Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yang mengurusnya. Tidak seperti sekarang, keenakan dia. Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yang ngurus”, katanya sambil merenggut manja. Aku tersenyum kecut.

“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tidak punya anak sendiri. Biar tahu rasa”, kataku.

“Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Rina (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, katanya menghiburku.

“Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa…”

“Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya Papa kan punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Kok malah minta didoain. Gimana siih”, katanya manja dan sambil memelukku erat-erat. Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.

“Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan nggak jadi main nih”, kataku menggoda.

“Iiih, dasar”, katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.

“Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap doong!” katanya manja.

Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tidak puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Tadi mandah saja. Pasrah saja mau diapain. Dia memakai daster dengan kancing yang berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yang sudah lepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yang putih menggunung (dia sudah tidak pakai BH). Celana dalam warna putih yang menutupi vaginanya yang nyempluk itu aku pelorotkan. Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yang indah, vaginanya yang agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah. Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yang ayu, buah dada yang putih menggunung, perut yang langsing, vagina yang nyempluk dan agak terbuka, kaki yang indah agak mengangkang, sungguh mempesona. Aku tidak tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Tadi. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Aku tidak peduli Bu Tadi megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.

“Uugh jangan nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Tadi.

Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. Penisku yang sudah tegang banget aku paskan ke vaginanya. Terampil tangan Bu Tadi memegangnya dan dituntunnya ke lubang vaginanya yang sudah basah. Tidak ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam vaginanya. Dengan penuh semangat kukocok vagina Bu Tadi dengan penisku. Bu Tadi semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.

“Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Tadi

“Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”,

“Yang dalam paa… yang dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa… ouuch..”, jeritnya lirih yang merangkulku kuat-kuat. Kutekan dalam-dalam penisku ke vaginanyanya. Croot, cruuut, crruut, keluarlah spermaku di dalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu Tadi menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia merangkul kuat-kuat. Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. Penisku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Vaginanya licin sekali penuh spermaku. Kucabut penisku dan aku terguling di samping Bu Tadi. Bu Tadi miring menghadapku dan tangannya diletakkan di atas perutku. Dia berbisik, “Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya paa. Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa tadi mengeluh Rina belum hamil, aku memang sudah berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tidak. Kalau aku hamil lagi berarti Papa masih joosss. Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yang baru saja dibuat ini.” Dia tersenyum manis. Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.

Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yang kedua di rahim istri gelapku ini? Salam.

Rumput Tetanga Memang Lebih Hijau


Seperti biasanya aku bangun pagi, namun hari itu aku sama sekali tidak bersemangat untuk bekerja. Pagi itu badanku terasa sangat pegal sekali, maklum saja aku bekerja sebagaikuli angkut dipelabuhan. Jadi aku bebas dan tidak terikat oleh perusahaan karena aku mendapat uang langsung dari orang yg membutuhkan tenagaku untuk mengangkut barang masuk kedalam kapal.

Pagiku itu aku pergi kewarung sebelah untuk membeli mie instant dan telur buat sarapan pagiku. Setelah membeli mie instant dan telur aku langsung pulang kerumah, namun sebelum memasak mie aku masuk kekamar untuk mengecas HP bututku yg kemarin belum sempat aku cas. Setelah kucolok kan pengecas ke HP bututku aku langsung kedapur untuk memasak mie.

Namun sial sekali, ternyata gas elpiji 3 kg ku habis. Mau beli kewarung namun sisa uang didalam dompetku hanya pas buat beli rokok sebungkus.

Waduh sialan, apes bener dah gue.. mana gas abis eh duit tinggal 10 ribu didompet.. Nasib bener dah gumamku dalam hati.

Untung saja aku melihat disamping rumahku ada istri tetanggaku yg sedang memasak, aku nekat minta tumpangan masak mie walau harus menanggung malu. Biasanya juga mereka bila ada perlu mereka pun sering meminta pertolonganku, dan mereka juga maklum dengan kehidupanku yg sebatang kara yg pekerjaannya tidak tetap yg tinggal disebuah pondok beratap daun.

Sudah genap 15 tahun aku ditinggal keluargaku, namun aku hanya bisa tetap tabah menjalani kehidupanku yg miskin, sedikit demi sedikit aku meraih penghasilan agar kehidupanku terus berjalan.

Tin, aku boleh gak numpang masak mie? Soalnya gas elpiji ku habis, mau beli lagi gak punya uang kataku kepada istri tetanggaku yg bernama Titin yg baru saja menikah dan belum genap setahun usia pernikahan mereka. Dan belum punya anak.

Ya boleh dong bang, tapi tunggu aku selesai ya, dikit lagi. Soalnya suami saya udah nunggu didalem mau berangkat kerja kata Titin

Oke.. kalo udah kasi tau ya, aku mau mandi dulu kataku meninggalkannya an pulang kerumahku.

Aku pun pergi kekamar mandi yg kumuh milikku dan aku langsung mandi didalamnya. Selesai mandi terdengar suara titin yg memanggilku pertanda ia sudah selesai memasak untuk suaminya. Setelah selesai berpakaian aku langsung pergi kedapur tetanggaku yg bersebelahan dengan dapurku.

Udah ya Tin masaknya? kataku

Udah bang, silahkan pake kompornya kata Titin

Tin, suamimu udah berangkat belum? tanyaku

Udah, barusan berangkat tuh bang katanya

Yah, telat aku, soalnya aku ada yg mau di omongkan dengan dia. Mau nanya kedia apa jadi atau gak berangkat kesumatera? kataku sambil memasak mie

Ya jadi tuh bang, tapi katanya aku disuruh jangan ikut. Soalnya kata dia gak lama. Cuma seminggu aja. Abang mau ikut ya? tanya Titin

Belum tau Tin, soalnya aku gak punya uang buat ongkos kataku

Nah, emangnya ada urusan apa sama suami saya? tanya Titin

Gak.. Cuma mau pinjem uang buat pergi kekampung, soalnya ini udah musim buah… aku mau beli buahnya langsung dari pohon terus aku mau jual kesini, ya ambil untung dikit aja lah kataku

Kalo gitu kekampung ku aja, disana juga lagi panen buah. Dikebun ayah Titin lagi panen durian, kalo mau ikut sama Titin aja pulang kekampung. Ntar ongkos jangan dipikirin. Abang gak perlu keluar modal, modal dari Titin dan abang yg tukang jual buahnya. Ntar untungnya kita bagi dua kata Titin

Ntar suami kamu gimana? Udah tau? kataku

Suami Titin ntar dikasi tau. Lagian dia juga suruh nyari orang buat jual buah hasil panen kebun ayah Titin katanya

Ya oke lah kalo gitu, ntar kalo mau pulang kampung kasi tau aja sama abang, mienya udah masak, abang makan dulu ya Tin. Makasih udah mau kasi tumpangan kompornya kataku

Ya udah, Titin juga mau mandi. Ntar Titin kasi tau kalo mau pulang sama abang katanya

Akupun langsung pulang dengan membawa semangkuk mie yg sudah kumasak tadi. Didapur langsung saja aku santap habis Mie ku dan selesai makan aku masuk kekamar dan membereskan kamarku dan menjalar sampai seisi rumah. Hari itu aku habiskan dengan beres-beres rumah, karena sudah lama sekali aku tidak membereskannya.

Beberapa hari kemudian Titin memanggilku…

Bang Jay, kesini bentar katanya dari jauh memanggilku didapur

Ya tunggu bentar kataku langsung menghampirinya

Ya ada apa Tin? kataku setelah sampai padanya

Bang, suami Titin udah kasi izin, kita berangkat setelah suami Titin berangkat katanya

Ya bagus lah, abang udah gak sabar neh, soalnya abang juga lagi perlu uang kataku

Buat apa bang? tanyanya

Ya buat bayar hutang dan keperluan sehari-hari, udah beberapa hari ini abang gak kerja kataku

Kalo gitu pake aja uang Titin dulu, nih ambil katanya sambil memberiku uang seratus ribu rupiah

Makasih Tin, ntar abang pasti ganti kataku

Ya udah bang, yg sabar aja… Oh ya, boleh minta tolong gak? Soalnya suami Titin udah pergi kerja. Titin gak kuat angkut air buat cuci pakaian katanya

Oh itu gampang Tin, mau berapa ember? tanyaku

Ya secukupnya aja lah bang, tuh ada ember, penuhin aja tong yg kosong itu. Titin mau ambil pakaian kotor dulu didalam katanya

Oke.. kataku sambil mengambil dua buah ember dan langsung pergi kesumur

Beberapa menit kemudian, Tong yg kosong itu sudah penuh semua terisi dengan air yg aku ambil disumur. Aku memperhatikan Titin yg sedang asyik menyikat baju, dan yg membuatku tidak mau pergi adalah saat aku melihat Titin yg sedang menyikat baju dengan posisi duduk mengangkang, Titin yg memakai Daster putih tipis yg hanya sebatas paha panjangnya dan sedikit basah dengan air sehingga tampak dimataku Titin tidak memakai BH dan memakai celana dalam putih.

Aku terkesima dengan pemandangan itu, namun Titin tidak menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya. Kontan saja penisku berdiri tegak dan terasa sesak sekali di dalam celana jeans ku. Ingin sekali aku mendekap tubuhnya dalam pelukanku namun ia istri orang, aku harus bisa menahan rasa yg bergejolak ini, walau memang sudah lama sekali aku tidak merasakan hangatnya tubuh wanita aku harus bisa menahan nafsuku.

Tin.. abang pulang dulu ya, udah penuh semua kan? kataku

Oh ya bang, makasih banyak ya katanya

Aku pun langsung pulang kerumahku, namun timbul pikiran isengku. Letak posisi duduk Titin berada tepat didepan lubang kecil dirumahku, langsung saja aku menuju kesana dan mengintip Titin yg sedang asyik mencuci pakaian dan tak pernah aku sadari hal ini.

Tampak jelas sekali selangkangannya yg masih tertutup celana dalamnya. Tak lama berselang, aku melihat Titin berdiri dan melepaskan celana dalamnya dan kemudian langsung dicuci nya sambil kembali duduk seperti semula. Aku semakin tidak tahan, akupun melepas celana ku dan ku keluarkan batang penisku yg semakin sesak bila tidak dikeluarkan.

Aaahhh yessss… aaaahhhhh desahku sambil mengocok penisku

Lama sekali aku mengintip Titin yg tidak bergerak dari posisi duduknya, memang cuciannya banyak sekali. Dan tidak terasa aku mencapai klimaks, aku semprotkan spermaku ke dinding sambil mengerang…

OOOhhhhhh yesssss aaaaahhhhhh desahku

Crrooottt… crrroootttt… croooottttt

Kumasukkan lagi penisku kedalam celana dan aku langsung menuju kekamar dan berbaring disana. Aku masih terus mengkhayal kan tubuh Titin, andai saja aku punya kamera barangkali sudah aku abadikan momen tsb. Rasa yg menggebu-gebu itu terus melandaku, seandainya ia sudah janda aku pasti berani mendekatinya.

Bang… Lagi ngapain? Kok itunya dibuka kata Titin yg memergokiku yg sedang berbaring dikamar yg tak kusadari penisku sedang berdiri tegak keluar dari dalam retsleting celanaku

Kontan saja aku dengan cepat berbalik badan untuk membetulkan posisi penisku dan kumasukkan lagi kedalam celanaku.

Astaga… kenapa bisa masuk kataku dalam hati

Bang… tolongin sekali lagi.. bak air kamar mandi Titin kosong, Titin mau mandi gak ada air kata Titin sambil mendekatiku dan duduk dibelakangku dikasur.

Aku membalikkan badanku dan kebetulan pas sekali wajahku menghadap payudara Titin yg tertutup daster. Aku sempat terdiam..

Titin tadi dengar suara abang waktu nyuci, Titin tau abang tadi ngintip Titin, ngaku aja katanya sambil mengusap wajahku

Eeehh… gaakk… kamu kenapa masuk kesini? Yaa.. udah, tungguin diluar abang ambilin airnya

Nanti aja… Titin masih mau disini katanya

Jangan… kamu ntar tetangga yg lain pada tau… kamu cepet keluar kataku

Titin pun beranjak dari ranjangku, namun ia tidak keluar malah ia mengunci pintu kamarku. Ia pun melepaskan dasternya dan terpampanglah semua tubuh Titin yg sudah tidak ada penutup lagi. Kedua payudaranya aku melihat sangat padat sekali dan aku lihat putingnya berwarna cokelat muda. Kemudian ia mendekatiku dan meraih retsleting celanaku dan dibukanya.

Sungguh aku tak berdaya diperlakukan seperti itu, lalu ia berdiri dan membisikkan ketelingaku…

Titin mau bang, bisa kan kasi Titin kehangatan? Udah lama Titin gak disentuh suami Titin katanya

Taa.. ta.. pi.. oohhh yeeaaahhhh desahku saat Titin mengulum penisku

Dengan lembut ia memperlakukan penisku, hingga buah zakarku pun dijilatnya, entah keberuntungan apa yg aku dapatkan hari ini sehingga orang yg baru saja aku khayalkan itu tiba-tiba datang masuk kekamarku..

Tak lama kemudian aku menahan kepalanya memberinya tanda bahwa menyuruhnya berhenti. Aku menarik tubuh Titin dan mendorongnya kekasur sehingga ia menjadi terlentang dikasur. Aku buka kedua kakinya dan pahanya dan langsung saja aku jilat kemaluannya. Kumasukkan jari tengahku kedalam lubang kemaluannya dan aku jilat klitorisnya dengan lidahku.

Aaawww… aaahhh Geeellliiii bang katanya

Lima menit aku memainkan lidahku menjilat kemaluannya, dan cairan nikmat Titin pun meleleh keluar dan langsung saja aku lumat. Aku pun berdiri dan memegang batang penisku dan ku lihat sudah memberikan lampu hijau dengan mengangkangkan kedua kakinya. Pelan tapi pasti dan ku hujamkan penisku masuk kedalam kemaluannya.

Arrghhh aaahhhh erangnya

Sungguh nikmat kemaluan Titin, sejenak aku diamkan dan terasa sekali berdenyut dikepala penisku seakan seperti di pijat dari dalam. Akupun menggoyangkan pantatku maju mundur menusuk kemaluan Titin, belum seberapa aku merasakan hangat sekali dikepala penisku seakan disembur cairan hangat. Ternyata Titin sedang orgasme.

Aaaarrghhh aaahhhh bang… aaahhhh desahnya menggelinjang hebat

Aku berhenti sejenak membiarkan Titin menikmati orgasmenya, setelah Titin tenang aku melanjutkan goyangan pantatku. Semula yg terasa lambat kini aku percepat, beberapa menit kemudian Titin mencengkram tanganku dan aku merasakan hangat lagi di kepala penisku. Titin orgasme kedua kalinya.

Arrrggghhhhh yeeeeaaaahhhhh bang… desahnya

Penisku semakin basah, aku merasakan sangat licin. Akupun mencabut penisku dan aku lap dengan celana dalamku penisku dan aku juga lap kemaluan Titin yg sudah banjir sampai kering. Setelah kering aku belum memasukkan penisku lagi kedalam kemaluan Titin, aku menyempatkan diri menyusui payudara Titin dan aku sedot putingnya.

Arrgghh bang, udah… sakit bang katanya

Akupun menghujamkan lagi kepala penisku dan masuk seluruhnya dan langsung saja aku goyang sekuat tenaga karena aku sudah tidak tahan, semakin cepat dan semakin keras suara Titin mengerang, sambil menggoyangkan pantat aku menutup mulut Titin agar suaranya tidak keluar.

Ssstt… diam Tin, ntar ada yg denger kataku

Akupun melanjutkan gerakkan ku memompa rahim Titin, perpaduan bunyi sentuhan pahaku dengan paha Titin menjadi sebuah irama dan akupun akhirnya mencapai klimaks kedua dan langsung saja aku menyemprotkan spermaku dirahimnya supaya ia bisa hamil dan dibalasnya dengan semprotan didalam kemaluannya..

Aaaaarrggghhhh… Tin… oohhhh yeeessss aaaahhhhhhh desahku

Hmmmbbbbb… aaaarrrggghhhhh aaaaahhhhh aahhhh aaaaaaahhhh desah titin

Crrroooottt… Crrottt… Crrroootttttt

Akupun terkulai lemas disamping Titin dan tanpa kusadari aku tertidur dalam keadaan telanjang. Pas aku bangung ternyata hari sudah mulai gelap dan aku lihat Titin sudah tidak ada disampingku. Langsung saja aku pergi mandi membersihkan semua kotoran yg melekat ditubuh akibat pergumulanku dengan Titin tadi siang.

Dua hari kemudian kamipun berangkat menuju terminal dengan membawa 2 buah Tas yg berisi pakaian. Didalam bis titin hanya diam saja dan akupun tidak mau mengganggunya. Akhirnya kami sampai di kampung halaman Titin semasa kecil. Disana aku dan Titin menginap dirumah ayah Titin yg sudah uzur. Dirumah itu hanya tinggal ayah dan adik Titin yg masih SMU.

Bang.. ke kebun yuk ajak Titin

Maen lagi ya.. mau kan? kataku

Titin mengangguk tanda setuju, dikebun aku menggumuli Titin, dikebun itu sangat sepi sekali, aku dan Titin bebas melakukan hubungan intim. Entah berapa kali aku melakukannya dengan Titin selama berada dikampung, dan aku juga tidak pernah menghitung berapa banyak cairan spermaku yg masuk kedalam rahim Titin.

Dan ketika pulang kekota aku sengaja setiap kesempatanmelakukannya dengan Titin karena aku ingin anak yg lahir kelak mirip denganku. Tak terasa bulan berlalu dan akhirnya Titin hamil. Suami Titin sangat girang melihat Titin hamil dan sering sekali suaminya bercerita denganku tentang kehamilan Titin. Aku sendiri tahu bahwa itu anakku.

Dan ketika bayi itu lahir ternyata mirip denganku tetapi lebih banyak mirip dengan Titin dan anak yg lahir itu adalah bayi perempuan. Aku menjadi lega karena hubunganku dengan Titin akan terus terjaga tanpa diketahui oleh suaminya hingga kami terus melakukanya sampai 5 anak kami lahir. Sekian cerita iniyg mungkin dalm bentuk pengunaan bahasa, ejaan ataupun penulisan ternyata ada kekurangan mohon di mengerti karena kurangnya pengalaman dalam pendidikan.




 

Tukang Kebunku


Perkenalkan namaku Indriyani, biasa dipanggil Yani. Usiaku 41 tahun. aku adalah seorang guru di sebuah sma negeri di kota kecil di pinggiran jawa timur. aku mempunyai suami bernama budiawan, umurnya 42 tahun. suamiku seorang pejabat teras di linkungan pemkot tempat kami tinggal.

Kami memiliki 2 orang anak, seorang anak laki laki dan seroang lagi perempuan. anakku yg pertama bernama Sinta. umurnya baru 19 tahun, dan sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri di luar kota. sedangkan anakku yg kedua bernama Iwan baru berumur 17 tahun, saat ini kelas 12 dan sedang menyiapkan diri untuk ujian akhir dan seleksi masuk perguruan tinggi.

Sedikit deskripsi tentang diriku. aku mempunyai tinggi badan 160 cm dan berat badan 50 kg. tubuhku tdk terlalu kecil tapi juga tdk gemuk, lebih tepat dsebut berisi. kulitku kuning langsat khas wanita dari kotaku. ukuran payudaraku lumayan besar yaitu 36c, meskipun sudah agak kendur setelah hamil dan menyusui kedua anakku.

Sehari hari aku memakai baju muslim dengan jilbab lebar yg menutupi dadaku untuk mengajar dan beraktifitas di luar rumah. sedangkan di dalam rumah aku biasa memakai daster untuk pakaian sehari-hari. rumahku berukuran cukup besar dan terletak di pinggiran kota.

Karena tuntutan pekerjaan, suamiku yg bekerja di dinas keuangan sering pergi keluar kota, entah itu untuk kunjungan kerja maupun rapat koordinasi. sedangkan anakku yg pertama, Sinta, hanya pulang tiap akhir pekan itupun jika tdk ada kegiatan di kampus atau tugas yg harus diselesaikan.

Sedangkan iwan, untuk menghadapi ujian akhir dan seleksi perguruan tinggi lebih sering pulang malam karena harus mengikuti kegiatan tutorial serta bimbingan belajar yg dia ikuti. praktis setiap hari aku lebih sering sendirian di rumah. di rumahku selain keluarga ku, ada seorang asisten rumah tangga dan tukang kebun yg merangkap penjaga rumah yg merupakan sepasang suami istri.

Asisten rumah tanggaku bernama mbok minah sedangkan tukang kebunku bernama pak Jono. setiap hari mbok minah bekerja dari jam 5 pagi sampai 6 petang. mbok minah tdk tinggal di rumahku. dia setiap hari pulang pergi dari rumahnya yg tdk jauh begitu pula dengan pak Jono. meskipun begitu ada sebuah kamar kosong untuk pak Jono karena sering harus menginap jika harus menjaga rumah kami.

Di lingkungan tempat kami tinggal keluarga kami cukup di hormasti. selain karena background profesiku dan suamiku sebagai guru dan pejabat di lingkungan pemkot. tapi juga karena keluargaku yg selalu menjunjung nilai nilai hidup orang jawa dan agama yg kami anut. meskipun tdk terlalu fanatik, aku selalu mengajarkan anak anakku untuk berbuat baik sesuai aturan agama.

Oleh karena itu tdk jarang suamiku diminta untuk memimpin kegiatan di ingkungan kami, begitu juga aku yg menjadi penggerak kegiatan PKK dan pengajian di tempat kami. sebagai seorang istri dan ibu aku berusaha untuk setia kepada keluargaku. sebisa mungkin aku membawa diri dalam pergaulan di lingkungan tempat tinggalku maupun tempat kerjaku. aku selalu berusaha sesopan mungkin dalam bertutur, bertindak serta berpakaian.

Semua itu kulakukan demi menjaga keharmonisan dan keutuhan keluargaku. meskipun begitu tdk jarang aku mendapati tatapan laki-laki di sekitarku yg penuh nafsu pada tubuhku. ya meskipun memakai baju muslim saat di luar rumah, nyatanya tdk mampu menutupi seluruh keindahan lekuk tubuhku, terutama payudaraku.

Tdk terkecuali pak Jono, lelaki berusia 65 tahun tersebut tdk jarang kupergoki sedang menatap lekat pada tubuhku. terutama saat di rumah karena aku lebih sering memakai pakaian biasa jadi seakan memberi kesempatan lebih besar untuk menikamti tubuhku. aku merasa tdk nyaman akan hal itu dan sudah berusaha bicara pada suamiku.

Semua hal yg kulakukan tdk bisa membuat hatiku tenang, setiap saat beraktifitas di rumah aku merasa seperti selalu diawasi gerak gerikku oleh pak Jono. seperti saat sedang merawat tanaman di halaman, aku merasa pak Jono memperhatikanku dari balik kaca gelap jendela dalam kamarnya yg terletak tepat disamping halaman belakang rumahku atau saat aku ke kamar mandi yg terletak lurus dari kamarnya.

Semua hal ini justru terus menambah kecurigaanku pada perilaku pak Jono terhadapku. tapi semua itu mungkin juga hanya kupendam dalam perasaanku karena aku belum menemukan bukti nyata kekurang-ajaran pak Jono padaku.

Sampai suatu saat. sore itu setelah pulang mengajar aku segera tidur karena lelah mengampu 6 jam pelajaran untuk 3 kelas seharian tadi. aku tidur sangat lelap dan cukup lama. aku terbangun ketika mendengar gemuruh tanda akan hujan. aku teringat jemuran di belakang belum diangkat karena siang tadi mbok minah ijin pulang ebih awal karena kurang enak badan.

Ketika berjalan melewati dapur aku melihat pak Jono berdiri di samping tempat jemuran. aku berhenti untuk memperhatikan dari balik jendela dapur apa yg sedang dilakukan pak Jono. pertama kali aku tdk sadar karena pikiranku masih belum terkumpul seluruhnya dan pandanganku masih kabur setelah bangun tidur tadi.

Saat itu pak Jono tengah melakukan masturbasi dan yg lebih mengejutkanku adalah pak Jono menggunakan celana dalamku yg sedang di jemur untuk masturbasi. pak Jono membungkuskan celana dalamku pada k0ntolnya sambil dikocok kocok dengan satu tangan. tdk hanya itu di tangan yg lain kulihat ada bh hitam milikku yg sedang dia ciumi sambil masturbasi.

Aku hanya bisa diam mematung menyaksikan hal itu. aku tdk bisa membaygkan apa yg ada dalam pikiran pak Jono ketika sedang masturbasi menggunakan celana dalam dan bh milikku saat itu. aku hanya bisa menyaksikan detik demi detik, kocokan demi kocokan pada k0ntolnya, serta tiap hirupan nafas pada bh-ku.

Aku menyaksikan semuanya yg terjadi hingga pak Jono sampai pada orgasmenya. dia menggunakan cup bh milikku yg diciuminya sedari tadi untuk menampung sperma dari k0ntolnya. lalu dia setelah selesai orgasme dia menggunakan celana dalamku untuk membersihkan sisa sperma di k0ntolnya dan mengelap keringatnya.

Tdk jadi mengangkat jemuran, aku segera berlari kembali ke kamarku di lantai 2. di dalam kamar aku terus memikirkan hal yg baru saja kulihat. aku tdk bisa memikirkan apa apa hanya gambaran pak Jono yg sedang masturbasi yg melayg layg dalam pikiranku. aku hanya terdiam sampai ketukan di pintu kamarku mengejutkanku.

Segera setelah itu dia berbalik dan berjalan menuruni tangga untuk pulang. aku tdk memperdulikan yg dia katakan, dari tadi aku hanya tertunduk memandangi tonjolan celananya. setelah memastikan pak Jono pergi aku berjalan menuruni tangga dan menuju halaman belakang tempat jemuranku tadi. aku menghampiri pakaian dalamku yg digunakan untuk masturbasi tadi.

Tanpa kusadari aku mengambil bh tersebut dan mendekatkannya ke hidungku, aku mencoba menghirup aroma sperma segar milik pak Jono yg baru saja dia tumpahkan ke bh-ku. aroma sperma yg khas itu seakan menghipnotisku dan menggelapkan pikiranku. tangan kiriku mulai masuk kedalam dasterku, merayap di balik celana dalamku.

Aku semakin kuat menghirup aroma sperma itu sambil memainkan memekku. aku terduduk di atas rumput halaman rumahku. aku meraih celana dalamku yg berlumuran sperma dan keringat tadi dan meletakkannya di wajahku dan merebahkan tubuhku. aku mulai menjilati sedikit demi sedikit lelehan sperma pada bh ku.

Aku tdk menduga hanya dengan masturbasi dengan menghirup dan menjilati sperma bisa membawa orgasme sehebat itu. tanpa kusadari semenjak saat itu aku mulai ketagihan sperma pak Jono. setiap saat aku mengawasi jemuran di halaman belakang untuk menunggu pak Jono melakukan masturbasinya. hampir setiap hari aku masturbasi seminggu sejak kejadian itu aku selalu masturbasi dengan sperma pak Jono.

Sensasi sperma milik pria yg bukan suamiku membawa sensasi tersendiri bagiku saat masturbasi. bahkan pakaian dalam bekas masturbasi itu tdk aku cuci tapi justru aku pakai setiap hari. sperma pada bh dan cd yg kupakai membawa sensasi binal saat menyentuh kulit payudara dan memekku.

Sejak hari itu pula kau tahu pak Jono sudah lama melakukan hal ini. gelagat pak Jono yg santai saat masturbasi menandakan bahwa dia sudah terbiasa melakukan masturbasi dengan pakaian dalamku. hampir ku pastikan setiap pakaian dalam yg ku miliki pernah dipakai untuk masturbasi.

Yg menjadi pikiranku, bagaimana mungkin mbok minah yg hampir tiap hari berada di rumah dan bertanggung jawab atas jemuran tdk menyadri akan hal ini. mungkin pak Jono sudah mengatur strategi dan waktu yg tepat sehingga perbuatannya tersebut tdk diketahui istrinya tersebut. entahlah.

Setelah hampir sebulan melakukan kebiasaan masturbasi dengan sperma pak Jono, sedikit demi sedikit rasa bersalah muncul dalam diriku. aku mulai sadar apa yg kulakukan itu salah. semua yg kulakukan telah merusak kehormatan serta kepercayaan dari keluargaku. aku berniat untuk menghentikan semua ini. tapi sejauh aku mencoba setiap aku melihat sperma pada pakaian dalamku, nafsuku berhasil mengalahkan akal sehatku.

Jujur aku menikmati semua ini. aku tdk bisa berhenti jika pak Jono masih menggunakan pakaian dalamku untuk masturbasi. aku sadar jika aku ingin menghentikan hal ini aku harus mengatasi sumber masalah ini. semuanya berasal dari pak Jono, jika pak Jono berhenti melakukannya maka aku yakin secara otomatis membuatku berhenti menikmati spermanya. tapi aku tdk tega melaporkannya pada suamiku, aku tdk ingin masalah ini menjadi besar. aku harus mencoba menyelesaikannya sendiri, dan jalan satu satunya aku harus bicara dengan pak Jono.

Siang itu aku pulang lebih awal. segera aku mengangkat jemuran yg sudah kering terutama pakaian dalamku. aku sudah berniat untuk bicara dengan pak Jono. tapi pertama kali aku harus menghilangkan kesempatannya untuk bermasturbasi dengan pakaian dalamku. aku membawa semua pakaian dalamku ke kamar sehingga pak Jono tdk bisa masturbasi dengan pakaianku.

Itu adalah langkah awal yg kulakukan untuk menghentikan semua perbuatan dosa ini. aku menyiapkan diriku karena setelah ini aku akan segera menemui pak Jono untuk mebahas hal yg sebenarnya memalukan untuk kami berdua. dengan langkah mantap aku menuju kamar pak Jono. kulihat pintu kamrnya terbuka menandakan bahwa dia berada di kamarnya.

Tapi ketika sampai di depan pintu kamar pak Jono, aku kembali melihat hal yg tdk kuduga. dengan posisi berbaring dan celana melorot sampai lututnya. kulihat pak Jono sedang mengocok k0ntol hitam miliknya. k0ntol itu jauh lebih besar dari milik suamiku. aku hanya bisa diam menatap pak Jono tersenyum ke arahku.

Mempercepat kocokannya sampai dia orgasme memuntahkan sperma putih kental di atas tempat tidurnya. sadar pak Jono melihat ke arah aku segera beralri dari kamarnya.

Aku tdk percaya pak Jono berani melakukan masturbasi di hadapanku sendiri. bahkan dengan seakan dengan sengaja memamerkan k0ntolnya padaku. aku berjalan menuju dapur untuk mengambil minum untuk mencoba menenangkan diri. saat sedang menuang air dari dispenser ke dalam gelas, tiba tiba aku merasa sepasang tangan meraba payudaraku dari belakang. hampir saja gelas berisi air yg akan kuminum jatuh ke lantai.

Ketika menoleh aku terkejut melihat ternyata pak Jono sudah ada di belakangku. aku berusaha meronta untuk melepaskan diri dari pelukan pak Jono. tapi semakin kuat aku meronta, semakin kuat pula dekapan pak Jono padaku. remasan tangan pak Jono pada payudaraku membuat pikiran ku untuk memberontak semakin tdk fokus. tangan kekar pak Jono dengan kasar meremas remas kedua buah dadaku. sesekali pak Jono menarik narik dan memilin pentil ku dari luar bh.

Aku semakin mengendurkan perlawananku karena payudaraku adalah salah satu bagian tubuhku yg paling sensitif. hembusan nafas pak Jono yg mengenai bagian belakang leherku semakin menambah rangsangan pada tubuhku. aku mulai larut dalam alunan nafsu pak Jono, yg sedikit demi sedikit mulai mengambil alih kesadaran ku atas tubuhku.

Selesai dengan payudaraku salah satu tangan pak Jono mulai merayap ke bawah perutku. tangan hitam kasar itu mulai mengelus elus selangkanganku dari luar. aku yg saat itu memakai daster terusan lengan pendek tdk kuasa menahan serangan serangan dari pak Jono. pak Jono lalu mulai mengangkat bagian bawah dasterku, ditariknya hingga sampai sebatas pinggulku.

Aku hanya bisa menikamti perlakuan pak Jono padaku. mataku terlalu menikmati setiap gosokan pada memekku, sampai sampai aku tdk sadar kancing dasterku sudah terlepas semua hanya menyisakan bh yg masih menutupi payudara besar milikku. jari jari pak Jono mulai menusuk nusuk memekku. memekku yg sudah sangat basah akibat rangsangan tadi semakin memudahkan pak Jono melancarkan aksinya.

Saat tangan kirinya berada di memekku, tangan kanannya mengeluarkan buah dadaku dari dalam bh tanpa membukanya terlebih dahulu. jari kasar pak jono menarik narik dan menjepit pentilku. aku semakin terbuai oleh kenikmqtan yg diberikannya padaku apalagi kini jari jari tangannya sudah mengocok memekku secara kasar.

Sejak saat itu aku semakin bingung dengan keadaanku. di satu sisi aku telah mengalami pelecehan oleh pak Jono, tapi di lain sisi aku sangat menikmati apa yg dilakukan pak Jono padaku, bahkan aku kecewa saat itu pak Jono menghentikan aksinya di tengah tengah aku menuju orgasme.

Saat itu aku terpaksa menahan nafsuku tanpa pelampiasan karena suamiku tdk sedang di rumah, kadang hatiku kecilku berharap bahwa pak Jono akan datang kembali untuk menuntaskan nafsuku. sebenarnya aku ingin melaporkan hal ini pada suamiku tapi entah kenapa aku tdk pernah melakukannya.

Setiap hari aku bertemu pak Jono membuatku merasa canggung. kejadian hari itu telah merubah cara pandangku padanya. di balik senyum pak Jono di depanku dan keluarga tersembunyi kilatan nafsu yg besar, terlihat dari tatapan matanya yg kini sudah terang terangan memandangiku. hal ini diperparah dengan fakta bahwa gambaran k0ntol hitam berurat pak Jono selalu melayg dalam pikiranku.

Nafsuku semakin menjadi jadi tapi suamiku tdk ada untuk memuaskan nafsuku. aku pernah mencoba bermasturbasi sendiri tapi apa yg kudapatkan jauh berbeda dari apa yg diberikan pak Jono. aku terus mencoba menahan nafsu ku tapi semakin kutahan kurasakan nafsu semakin meledak ledak.

Hingga akhirnya pada malam hari itu, saat itu sedang hujan deras. aku dirumah sendirian karena iwan dan suamiku belum pulang. dari dalam kamarku terlihat lampu kamar pak Jono menyala. aku melangkah ragu menuruni tangga menuju lantai satu. tanpa kuperintah kaki ku melangkah membawaku menuju kamar pak Jono.

Sesampainya di kamar pak Jono, kulihat pak Jono sedang tidur. aku mendekatinya pelan lalu berjongkok di samping tempat tidurnya. aku mulai mengelus tonjolan di selangkangan pak Jono dari luar celana. aku mendekatkan kepalaku dan mulai menciumi tonjolan itu. aku menghirup bau yg tdk asing, bau sperma yg selama ini di tumpahkan pada pakaian dalamku.

Aku mengelus elus tonjolan itu dengan lembut sehingga tdk membangunkan pak Jono. setelah kuelus, tonjolan di celananya semakin besar dan terlihat ingin keluar dari celana. dengan gemetar ku pelorotkan celananya, sampai k0ntol hitam milik pak Jono mengacung tegak dihadapanku. aku mendekatkan mulutku pada ujung kepala k0ntol itu dan mulai menjilatinya.

Sedikit demi sedikit aku mulai mengulum k0ntol itu. aku memaju mundurkan kepalaku dan menghisap k0ntol itu pelan pelan. sambil mengulum k0ntol pak Jono tanganku menggosok memekku dari dalam celana. aku sangat menikamti hal itu sampai sampai aku tdk sadar saat tangan pak Jono memegangi kepalaku. ternyata pak Jono sudah bangun, dia hanya menatapku tanpa ekspresi.

Aku ditarik ke atas tempat tidur dan dibaringkan diatasnya, sekarang posisi berada dibawah pak Jono. pak Jono lalu memelorotkan rok bawahan daster yg kupakai dan membuka celana dalamku. setelah itu dia membuka kancing baju dan bh ku, dikeluarkannya buah dadaku dari bukaan di bagian depan bajuku. tanpa aba aba dia lalu mencaplok pentil payudaraku, dikulumnya pelan sambil di hisap hisap serta digigit lebut.

Aku sangat menikamati perlakuan itu hingga tanpa kusadari celana dalamku sudah tdk pada tempatnya. pak Jono mengarahkan k0ntolnya ke memekku. memekku yg sudah sangat terangsang sampai sampai cairan kewanitaanku membashi celana dalamku. pelan pelan pak Jono memasukkan k0ntolnya. meskipun sudah sempit lagi tapi karena ukuran k0ntol yg besar memek terasa sangat sesak.

Setelah masuk seluruhnya pak Jono mendiamkannya dulu, aku merasa memekku terasa penuh diasuki k0ntol pak Jono. k0ntol itu sangat besar jauh lebih besar dari milik suamiku. pak Jono mulai mengocok k0ntolnya dalam memekku. semakin lama kocokannya makin cepat dan liar. sambil menggenjotiku, pak Jono kembali memainkan buah dadaku.

Setelah 5 menit digenjot aku sampai pada orgasme pertamaku, tubuhku menegang seperti dialiri listrik. tapi pak Jono belum menandakan orgasme bahkan genjotanya semakin liar dan kasar. selama hampir 30 menit aku terus menerus digenjot pak Jono, selama itu aku mendapatkan 4 orgasme beruntun, yg sebelumnya belum pernah aku dapatkan dari suamiku. genjotan pak Jono semakin tdk beraturan dan tangannya meremas remas buah dadku dengan kasar. nafasnya memburu seperti kuda, keringatnya menetes membasahi tubuh hitamnya.

5 menit kemudian genjotan pak Jono semakin cepat hingga akhirnya tubuhnya menegang bersama orgasmeku yg kelima. dia menyemprotkan sperma putih panas nan kental dalam rahimku. aku berusaha memintanya mengeluarkannya di luar tapi karena terlalu lelah setelah mendapat 5 orgasme beruntun membuatku tdk berdaya melakukan apa apa.

Semenjak saat itu kehidupanku berubah, aku yg dulunya wanita terhormat yg setia kini telah jatuh dalam dekapan tukang kebunku layaknya wanita murahan. hampir setiap ada kesempatan aku meminta pak Jono untuk menyetubuhiku. aku sudah kecanduan k0ntol hitam berurat milik pak Jono, aku tdk bisa melewati sehari pun tanpa di temani sodokan sodokan nikmat pak Jono pada memekku.

Nafsuku semakin besar seiring perselingkuhanku dengan tukang kebunku di rumahku sendiri. aku berusaha sebisa mungkin menyembunyikan dengan rapat rapat hubunganku dengan pak Jono dari keluargku. suamiku yg jarang pulang dan memuaskanku sekarang tdk masalah bagiku karena selalu ada pak jono yg selalu bersedia memuaskanku.

Pak Jono meskipun sudah tua tapi pengetahuan seksnya sangat luas. tdk seperti suamiku yg asal sodok dan minim variasi. selama berhubungan dengan pak Jono aku mendpatkan kenikamtan yg lebih besar dari yg kudapat selam 20 tahun perkawinanku. pak Jono semakin sering bermalam di rumahku terutama saat aku sendirian.

Pernah suatu pagi saat sedang bersiap mengajar, di ruang makan tiba tiba pak Jono memelukku dari belakang. disibakkan rok dan celana dalamku, lalu langsung aku disodok dari belakang dengan pakaianku masih lengkap dengan jilbabku. pak Jono menyutubuhi dari bealakang dan aku bersandar pada meja makan.

Di dalam dan karena sudah mepet aku berangkat mengjar dengan sperma pak Jono masih meleleh dari memekku.

Selama berhubungan dengan pak Jono kami selalu melakukannya di kamarku setiap berhubungan intim bahkan jika malam hari saat suamiku tdk ada pak Jono selalu tidur bersama ku layaknya suamiku sendiri. jika sedang bosan di kamar pak Jono selalu mengajakku berhubungan intim di spot spot rumah kami. ruang tamu, ruang keluarga, dapur kamar mandi.

Sejauh ini hubungan perselingkuhanku tersimpan rapat dari keluargaku dan mbok minah, istri pak

Jono. pak Jono pandai mengatur strategi dan memilih waktu yg tepat untuk bebas menyetubuhiku. seperti pagi itu aku sedang disetubuhi di dapur, karena sedang berbelanja mbok minah tdk di rumah. pak Jono yg semalam sudah menyetubuhiku seakan tdk puas dan masih ingin mnyetubuhi ku pagi ini.

Karena kupikir tdk ada orang lain di rumah aku melepaskan pakaianku dan membiarkan pak Jono menyetubuhiku dengan posisi berdiri dari belakang. aku menikmati setiap sodokan k0ntol pak Jono di memekku.

Tiba tiba di tengah persetubuhan kami pintu belakang dapur terbuka. alangkah terkejutnya aku melihat ternyata mbok minah sudah pulang berbelanja. aku yg masih dalam posisi di genjot dari belakang tdk bisa melakukan apa apa. aku berusaha menutupi tubuhku dari pandangan mbok minah dengan tanganku. bajuku tergeletak jauh dari jangkauanku.

Anehnya meskipun ketahuan istrinya pak Jono tdk menghentikan genjotannya pada vagiinaku. entah tdk sadar atau apa, dia seperti tdk menghiraukan kehadiran mbok minah di depan kami. bahkan dia semakin mempercepat genjotannya padaku. begitu pula dengan mbok minah, raut wajah terkejut yg aku pikir akan tergambar di wajah mbok minah tdk terlihat sama sekali.

Dengan tenang mbok minah meletakkan belanjaan di meja dapur dan mengeluarkan belanjaan satu persatu.

Belum hilang rasa bingungku, mbok minah berjalan kearahku dengan menggenggam sebatang pare. pak Jono melepas k0ntolnya pada memekku dan mengarhkan ke lubang anusku. tanpa aba di segera melesakkan k0ntolnya ke dalam anusku. meskipun sudah basah oleh cairan memekku, rasa sakit sangat terasa saat anusku dimasuki k0ntol pak jono.

Saat kulihat ternyata mbok minah sedang mengocok memekku dengan pare yg dipegan tadi. terjawab sudah kebingunganku tentang reaksi mbok minah yg biasa saja saat melihat suaminya menyetubuhiku, ternyata dia sudah tahu hubunganku dengan suaminya sehingga tdk terkejut saat mendapati kami dalam keadaan seperti itu.

Hampir 3 bulan hubungan perselingkuhanku dengan pak Jono berjalan, meskipu sudah berumur lanjut, pak Jono selalu memuntahkan spermanya di dalam rahimku. aku sadar semua itu beresiko kehamilan padaku. tapi karena sudah kepalang tanggung menikmati aku tdk terlalu memikirkan hal itu dan merisaukan hal itu. hingga suatu saat aku tersadar aku sudah telat mens selama 2 bulan. aku takut kekhawtiranku selama ini menjadi kenyataan yaitu aku mengandung anak yg bukan benih suamiku melainkan pak Jono. aku berusaha tenang dan menyembunyikan kabar ini sebelum semuanya menjadi jelas.

Setelah sampai dirumah aku mengecek urinku dan hasilnya dua garis, postif. aku melakukan test kembali menggunakan 2 testpack lain yg kubeli tadi dan hasilnya sama, positif. aku berusha tenang dan belum mempercayai hasil testpack itu. aku pergi ke dokter kandungan setelah sebelumnya membuat janji terlebih dahulu. aku berharap hasil testpack itu salah dan aku tdk hamil. setelah dilakukan awal dan usg hasilnya aku menunjukkan bahawa aku benar benar hamil. dokter memberiku selamat, aku tdk tahu harus bereaksi bagaiaman apakah gembira atau sedih.

Lebih mengejutkan lagi ternyata calon janin berusia 8 minggu yg bersemayam dalam rahimku adalah janin kembar.

Sampai di rumah aku bingung apa yg harus ku lakukan dengan janin ini. sampai di rumah suamiku menyambutku dengan menggenggam testpack ku ditangannya. dia tahu aku hamil dia terlihat bahagia mengetahui akan punya anak lagi terlebih bayi kembar. aku berpikir harus menggugurkan kandunganku selain ini adalah anak haram hasil perselingkuhanku dengan pak Jono dan usiaku yg hampir 42 tahun sangat bersiko untuk hamil.

Tapi suamiku menolak dia ingin membesarkan bayi itu, aku sedih melihat suamiku yg sngat ingin mempertahankan kehamilanku. seandainya dia tahu anak dalam perutku ini adalah benih pak Jono, tukang kebun di rumahnya pasti reaksinya akan berbeda. keesokan harinya suamiku kembali berangkat keluar kota untuk menghadiri rapat koordinasi kantornya. baru saja suamiku pergi pak Jono memelukku dari belakang. dia lantas mengelus elus perutkku menandakan dia tahu tentang kehamilanku.

Sepeti biasa dia langsung menyetubuhiku di atas sofa di ruang tamu. kali pak Jono lebih lembut saat menyetubhiku karen tahu aku sedang mengandung janin calon bayi bayinya. selama menggenjotiku dia terus menerus mengusap dan menciumi perutku dia spertinya senag menjadi bapak anak yg ada dalam perutku ini.

Dalam memekku, dia menyirami buah cinta kami dengan lahar putih panasnya.

Seiring dengan usia kehamilanku maka bertambah pula nafsu seks ku jika wanita lain ngidam hal aneh aneh aku hanya menginginkan k0ntol yg berhasil menghamiliku itu untuk menyodoki ku. anehnya aku hanya mendapat kepuasan dari k0ntol pak Jono seakan akan anak dalam perutku tahu siapa ayahnya yg sebenarnya.

Mbok minah yg juga mengetahui bahwa aku hamil anak suaminya juga berusaha menjaga kandunganku degan baik.

Seiring degan kehamilanku ukuran payudaraku ikut bertambah besar. jika sebelumnya payudaraku masih muat di bh ku yg berukuran 36c maka kali ini semua bh ku sudah tdk muat dan sesak jika terpaksa memakai. aku membeli bh baru di toko perlengkapan ibu hamil, ternyata setelah fitting ukuran yg pas ukuran payudara ku naik menjadi 40d.

Setiap berhubungan intim aku bisa orgasme hanya dengan dirangsang pada putingku saja. pak Jono juga semakin senang dengan perubahan tubuhku dan semakin liar tiap kali menyetubuhiku. selain ukuran payudara dan perut yg bertambah bokongku juga semakin montok. pakaian muslim dan jilbab lebar yg kupakai sehari hari seakan tdk bisa menyembunyikan kesintalanku.

Kalau di rumah tdk ada siapa siap selain aku, mbok minah dan pak Jono maka aku tdk memakai apa apa lagi. selain kurang nyaman karena sesak dan gerah, ini kulakukan agar pak Jono leluasa mengunjungi calon anak anaknya dengan mudah setiap saat. sering aku dientot saat mbok minah di dalam rumah bahkan pernah mbok minah ikut meremas remas susu saat aku digenjot pak Jono dari belakang.

Yg agak aneh dari kehamilanku saat ini adalah aku suka minum pejuh pak Jono. jika sebelum tahu aku hamil pejuh pak Jono selalu dia siramkan dalam rahimku, akhir akhir ini aku lebih suka meminum pejuhnya dari pada disirmakan pada memekku. bahkan sku kini mengumpulkan tiap tetes pejuh pak Jono saat kami bercinta dan menyimpannya untuk aku nikmati di lain waktu.

Sering aku menggunakan pejuh pak Jono sebagai selai olesan roti, campuran susu kehamilan dan teh, atau sebagai tambahan bumbu penyedap dalam makananku, aku memang sudah kencanduan pejuh pak Jono. yg lebih gila sering aku mengonsumsi pejuh pak Jono di depan suami dan anak anakku, bahkan pernah sayur terong yg sudah dibumbui pejuh pak Jono kami nikamti bersama saat makan keluarga.

Memasuki usia kehamilan 6 bulan aku sudah tampak seperti wanita hamil 9 bulan yg siap melahirkan, itu karena anak yg kukandung kembar. sejauh ini kehamilankupun tumbuh sehat dan perkembangannya baik ini semua berkat genjotan dan gizi dari pejuh pak Jono hingga kehamilanku selalu fit. selain itu payudaraku yg dalam ukuran terakhir mencapai 40d kini sudah mulai memproduksi susu.

Pak Jono juga semakin senang karena produksi asi ku melimpah selain terjamin kebutuhan asi anak anaknya nanti sebelum lahir dia bisa menikmati susu langsung dari payudaraku setiap saat. dia suka sekali netek padaku. entah itu saat sedang berhubungan intim atau saat sedang santai bersama. dia hampir setiap hari menghabiskan susu langsung dari payudaraku.

Nyeri di payaudara ku berkurang karena susunya selalu diminum aku juga mengalami oragasme saat pak Jono netek padaku.

Jika ada suami atau anakku di rumah maka kegiatan netek tdk bisa kulakukan. praktis aku hanya bisa memerah susu dan menyimpannya untuk selanjutnya kuberikan pada pak Jono untuk diminum. selain untuk diminum sendiri, pak Jono sering membawanya pulang untuk diberikan pada cucunya yg msih berumur 9 bulan.

Bahkan pernah saat anak pak Jono, yg merupakan ibu dari cucunya tadi tdk menghsilkan cukup asi untuk sang bayi, pak Jono dan mbok minah membawaq bayi itu untuk aku susui. aku dengan senang hati melakukannya karena bisa membantu mencukupi gizi cucu mereka. dengan pelan aku menyusui cucu pak Jono yg masih bayi itu di kursi sofa.

Jika ada yg melihat persetubuhan kami saat itu pasti akan terangsang berat, bagaimana tdk aku yg sedang hamil besar dan tengah menysui bayi dientot oleh laki laki yg lebih pantas kupanggil sebagai ayah. beberapa bulan kemudian aku melahirkan sepasang anak laki laki yg sehat. aku melakukan persalinan secara caesar karena terlalu beresiko mengingat usia ku yg sudah berumur.

Anak itu kuberi nama deni dan dani mengambil dari nama orang tua kandung meraka Jono dan Yani. mereka tumbuh menjadi anak yg sehat dan cerdas. itu semua karena aku selalu memberi mereka asi eksklusif. mereka pun dengan lahap meminum susu mereka baik secara langsung dari tetekku atau dari botol asi yg sudah juperas sebelumnya.

Sedangkan hubunganku dan pak Jono berhenti sementara. selain karen orang tua dan mertuakau sering menginap di rumahku untuk membantu merawat bayi bayiku. juga karena aku masih dalam masa nifas setdknya dalam 3

Bulan sehingga sama sekali tdk mungkin untuk menyetubuhiku saat itu. aku merasa kasihan dengan pak Jono tdk bisa menimang anakny sendiri karena kami harus menutup rahasia ini rapat rapat, meskipun kadang kadang pak Jono mencuri curi waktu untuk bisa menggendong buah hatinya itu.

Lebih kasihan lagi karena tdk bisa menikmati tubuhku untuk sementara waktu. karena aku melakukan caesar maka memek ku masih sempit, ukuran tubuhkupun kembali seperti semula kecuali kedua payudaraku yg sepertinya tdk akan mengecil selama masih memproduksi asi. suamiku adalah orang pertama yg menikamti tubuhku pertama kali sejak aku melahirkan.

Dengan sodokan sodokan kasar k0ntol pak Jono yg siap membuahi kembali harimku ini.

3 tahun kemudian sejak saat kelahiran anak kembarku, aku sudah memiliki 3 anak dari hubunganku degan pak Jono. dani dan deni berusia 3 tahun dan akan masuk play group sedang anakku yg ketiga dengan pak Jono perempuan bernama dina saat ini berusia 1,5 tahun. pak Jono suka sekali melihat aku hamil dari perbuatannya dan membuat suamiku yg membesarkan anak anaknya.

Saat aku sedang menulis cerita ini aku sedang hamil 9 bulan dan lagi lagi hasil benih yg ditanam pak Jono, janin ndalam perutku juga anak kembar. secara keseluruhan aku sudah melahirkan 4 orang anak ditambah 1 dalam kandunganku saat ini dan aku masih ingin terus hamil lagi oleh pak Jono.





Kisah Ilman Menghamili tante

 


Namaku Ilman. Usiaku saat ini 22 tahun dengan tinggi 172 cm dan berat 70 kg . Aku kuliah disalah satu kampus ternama di kota Semarang tinggal bersama tanteku dan suaminya, masuk dengan pilihan pertama pada Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru jurusan Arsitektur. Mungkin aku salah satu orang yang beruntung karena tidak mesti bersusah-susah untuk ikut ujian seleksi sampai dua atau tiga kali. Sejak pertama menginjakkan kaki di kampus ini, entah sudah berapa banyak wanita yang pernah kupacari. Kata seorang teman, aku mirip dengan bintang film ternama ibukota. Kulit putih, rambut cepak yang selalu tersisir rapi dengan minyak rambut impor diberi pamanku dari Paris.

Namun semenjak peristiwa dua tahun lalu menimpaku, rasanya segala kemampuanku hilang begitu saja. Tak ada lagi senyum yang selalu menghiasi bibirku. Vira. Ya, itu nama wanita yang pernah menjadi pacarku itu menari-nari dalam setiap desahan nafasku. Sosoknya yang anggun bak oase di padang gersang. Tapi kejadian malam itu membuat segalanya hancur berkeping-keping hingga tak menyisakan asa. Semuanya berawal ketika hujan tiba-tiba mengguyur kami yang sedang dalam perjalanan pulang. Karena hujan sangat deras akhirnya kami memutuskan untuk berhenti berteduh di sebuah tempat. Hingga lewat tengah malam hujan tak kunjung reda. Tempat yang kami singgahi ternyata tidak berpenghuni. Semacam gubuk yang hampir rubuh karena tidak terurus. Kami menginap di tempat itu. Berdua saja. Disana aku dan Vira pun menghabiskan waktu dengan penuh gairah muda kami.

Dua bulan kemudian kuketahui bahwa Vira mengandung janinku. Aku siap bertanggung jawab meski dalam kondisi apapun. Tapi keadaan semakin memburuk, ayah Vira memaksa menggugurkan kandungannya. Beliau rupanya tidak menyetujui hubungan kami. Hal ini membuat aku dan Vira shock, tak tahu mesti berbuat apa.

Karena Mbok Minah pulang karena anaknya sakit di kampung praktis hanya aku tante yang ada dirumah sekarang. Pagi-pagi buta aku sudah bangun. Setelah mencuci muka segera menuju ke dapur untuk melakukan aktivitas rutin. Hal pertama yang kulakukan adalah mencuci piring bekas perjamuan, karena semalam tak sempat lantaran kelelahan mengantar tante-tante kompleks pulang setelah arisan usai. Hampir setengah dua belas saat kutemukan tante terbaring di atas sofa ruang tamu menungguku pulang mengantar. Tak tega rasanya membangunkan tante untuk menemaniku membereskan sisa-sisa perjamuan, segera kuangkat tubuh tante menuju kamar. Peluh mengucur lewat pori-pori, tubuh tante begitu berat. Terang saja, berat tante sepadan dengan satu karung beras lima puluh kilogram, tinggi seratus enam puluh lima, jadi cukup menguras keringat untuk mengangkatnya ke lantai dua tempat kamarnya berada. Setelah merebahkan tubuhnya di atas springbed dan membungkusnya dengan selimut bulu domba warna putih, sekilas kuperhatikan wajah tante yang tampak kelelahan.

tanteku yang bernama Ani memang cantik. Di usianya yang ke 45 tahun kulitnya putih bersih seakan tak ada goresan, hidungnya mancung seperti artis Julia Roberts pemeran utama wanita di film Pretty Woman. Alis dicukur agak tipis, matanya bulat dengan tatapan sendunya yang aku sendiri bahkan tak kuat berlama-lama menatapnya. Rambutnya sebahu sedikit pirang—katanya buyut tante keturunan orang Belanda, sisa penjajahan dulu. Pinggulnya besar, bagus untuk melahirkan kata orang-orang tua. Dadanya masih padat berukuran 36B layaknya gadis umur dua puluh empat, namun sedikit berisi—pantas saja paman selalu berlama-lama dikamar berduaan dengan tante ketika sempat kembali dari tugas diluar kota.

Usai mencuci piring, giliran memanaskan air. tante senang mandi air hangat saat pagi, apalagi sehabis capek seperti ini. Dua ember cukup karena nanti akan dicampur dengan air dingin agar suhunya tidak terlalu panas, hangat kuku. Pernah suatu ketika aku lupa mencampurkan air dingin ke tempayan tempat tante mandi, badannya merah seperti kepiting rebus dan kulitnya sedikit mengelupas. Aku kasihan pada tante dan merasa bersalah, sejak saat itu aku selalu mencelupkan jari ke dalam tempayan untuk memastikan kalau airnya sudah dicampur. Pagi ini sarapannya sedikit berbeda dari menu kemarin—nasi goreng, dengan sedikit variasi yang kupelajari dari buku resep milik Mbok Minah pembantuku. Sebenarnya tante lebih ahli dalam memasak, tapi tak tega rasanya membiarkan tangannya teriris pisau dapur apalagi sampai bau bawang menempel hingga membuat kepalanya pening. Rutinitas seperti ini baru kujalani tiga minggu terakhir .

Hari ini, Sabtu. Adalah waktu yang sering kami gunakan untuk berlibur bersama keluarga. Hampir sebulan paman tak kembali dari Palangkaraya. Mesti menyelesaikan beberapa proyek lagi. Dengan senang hati kutemani tante berbelanja persedian bulan ini di sebuah swalayan dekat kantor dinas sosial. Setelah selesai, sebelum pulang kami menyempatkan untuk singgah sebentar di butik langganan tante. Di sebuah manekin terpajang gaun berwarna merah maroon dengan renda melingkar di bagian pinggangnya. Spontan kutawari tante untuk membeli yang itu saja.

Pasti tante tampak anggun dengan gaun itu” bujukku pada tante.

Dengan sekali anggukan segera kupanggil Mbak penjaga butik untuk membungkus gaun pilihan kami. Kemudian menuju kasir untuk membayar.

Berapa mbak ?”

Lima ratus dua puluh lima ribu rupiah”

Lho, kok mahal skali mbak?” tanyaku kaget.

Ini dari bahan sutera mas, makanya harganya mahal!!” jelas kasir sedikit tegas.

Tidak apa-apa, Man. Silahkan dibungkus mbak” tante menimpali sambil memberi uang.

Kami segera pulang kerumah. Lelah rasanya berbelanja hampir seharian, tapi karena bersama dengan tante semuanya tergantikan. Lima belas menit kami sudah sampai. Setelah kupastikan bahwa tak ada lagi barang yang ketinggalan didalam mobil, langsung masuk kerumah kemudian menuju lantai dua. Ke kamar tante. Sesampainya di kamar tante, kurebahkan badannya diatas springbed. Karena udara panas segera kusetel kipas angin, tombol nomor dua cukup dingin untuk kamar seukuran empat kali enam.

Setelah meletakkan belanjaan di dapur, tante menyusulku ke kamar. Segera mengeluarkan gaun dari plastik pembungkus untuk mencobanya. Tanpa sungkan tante menanggalkan baju dan celana bahan spandex yang tadi dipakai berbelanja. Aku terkesima. Ini kali pertama aku melihat tubuh elok tante. Mataku nyalang. Segera saja tante memasang gaun yang tadi kami beli dan memintaku untuk menarik resleting di punggung bagian atas. Sedikit kusentuh punggung tante. Mulus.

Lalu tante membalikkan badannya ke kiri dan kanan dan berputar.

Gimana, Man. Bagus nggak?”

Perfect!” tukasku.

pamanmu pasti suka” sambil tersenyum.

Jangankan paman, aku saja begitu terkesima melihatnya. tante cantik sekali. Aku membayangkan Vira yang memakai gaun itu. Pasti ia akan terlihat seperti bidadari di hari pernikahan kami. Aku menerawang.

Man, kok melamun? Kamu jatuh hati melihat tante ya…”

Ah, tante bisa aja. Nggak ada apa-apa kok, tan”

tante duduk disebelahku lalu merebahkan tubuhnya. Aku ikut rebah di sampingnya. tante menyisir rambutku dengan jemarinya yang lentik. Tentram menguasai batinku. Beberapa lama kami menghabiskan waktu mengobrol tentang banyak hal, paman yang telat pulang, kuliahku yang tak kunjung kelar, sikapku yang banyak berubah sepeninggal Vira dan obrolan kecil yang kadang membuat kami cekikikan. Sesekali terdiam dan saling tatap. Tertawa lagi dan diam. Aku sangat menikmati kondisi ini. tante memelukku. Panas menjalari tubuhku dan darahku berdesiran.

tan, boleh aku mencium, tante?”

Mmm… ya bolehlah. Memangnya kamu mau mencium apanya tante?’ sambil mengerlingkan mata.

Kadang tante bersikap genit disaat-saat tertentu. Dan itu yang membuat kami serasa teman sebaya. Semenjak paman sering keluar kota, tante kesepian. Saat berangkat kuliah, tante tinggal di rumah berdua dengan Mbok Minah. Tapi sekarang Mbok Minah pulang ke kampung, kami berdua saja menunggui rumah besar ini. Aku tak tega meninggalkan tante sendirian di rumah.

Aku mencium kening tante. Kedua pipinya. tante balas menciumku. Selanjutnya aku pun menindih tante sambil berpelukan dengannya. Kucium bibirnya dengan lembut lalu turun ke leher sambil memegang kedua payudaranya. Kami pun saling menikmati percumbuan ini.

Tiba-tiba tante menghentikan cumbuannya sambil berkata “Man kenapa kita jadi begini? Kamu nafsu ya sama tante?”

Maaf tan, aku udah gak tahan lagi soalnya tante cantik banget mirip sama Vira” ujarku.

Cantikan mana tante sama Vira?” Tanya tante.




Lebih cantik tante, soalnya tante seksi, dadanya besar, udah gitu rambut tante agak pirang lagi kayak Noni Belanda” kataku sambil membelai rambutnya.

tante kan emang punya keturunan Belanda dari Eyang Kakung kamu, makanya kulitmu putih turunan dari tante, tapi maaf ya rambut pirangnya cuma nurun sampai di tante soalnya rambutmu hitam sama kayak pamanmu” ujar tanteku sambil tersenyum

tan, boleh ya aku ngentot sama tante, sekali ini aja, penisku udah keras banget nih” kataku sambil menggesek-gesekan penisku ke vaginanya yg masih tertutup gaun yg dibeli tadi.

Hussh, kok ngomongnya jorok gitu sih? Kita kan tante dan Anak, masa harus berhubungan intim kayak suami istri?” Kata tanteku menolak.

Terus yg kita lakuin tadi apa gak kayak suami istri tan? Balasku pada tante sambil meneruskan gesekan penisku pada vaginanya

Ya kan tadi beda nak, tadi tante kira kamu cuma mau cium kening tante eh tahunya malah kebawa suasana hhsss” ujar tanteku yg mulai terangsang dengan gesekan penisku.

Tuh kan tante udah mulai nafsu, aku lepas aja ya gaunnya, aku ngerti kok tante kesepian karena udah ditinggal paman selama sebulan” ujarku padanya.

Aku pun berusaha melepaskan gaun yang tante kenakan secara hati-hati. Kubalikkan tubuhnya lalu kutarik resleting gaunnya kebawah dan melucuti gaun tante secara perlahan karena gaun tersebut baru saja kami beli dari butik dengan harga mahal. Akhirnya gaun tersebut berhasil lepas secara sempurna tanpa meninggalkan robekan apapun.

Sekarang ini tante terbaring tengkurap hanya menyisakan BH dan celana dalamnya. Aku pun langsung melepaskan baju, celana jeans, dan celana dalamku hingga telanjang bulat, penisku yang berukuran 22 cm dengan diameter 4 cm langsung mengacung tegak mencari mangsa. Lalu secara cepat aku langsung membalikkan tubuh tante ke posisi terlentang seperti semula.

Ketika tante sudah dalam posisi terlentang, ia pun membuka matanya secara perlahan. Melihat penisku yang panjang mengacung keras tentu saja matanya langsung membelalak karena kaget bukan main melihat ukuran penisku yang sedemikian besarnya.

Makan apa sih kamu Man? Kok penismu bisa gede banget udah gitu diameternya bikin ngeri lagi, pamanmu aja gak segede kamu penisnya”. Ujar tanteku sambil menelan ludah karena bernafsu.

Kan aku punya keturunan Belanda kayak tante makanya penisku jadi gede kayak gini”. Ujarku sambil menciuminya.

Di dalam hatiku ada terbersit rasa bangga, rupanya penisku jauh lebih panjang dari milik paman. “Oh tanteku yang cantik, akan kubawa dirimu menggapai kepuasan sampai ke langit ketujuh, dan akan kusemprotkan spermaku ke dalam rahimmu sampai kau hamil Duhai tanteku yang cantik”. Kataku dalam hati.

Aku pun mulai berusaha melepaskan BH tanteku yang sedari tadi seperti mau “tumpah” dari BHnya karena tidak muat. Setelah lepas aku langsung menciumi dada tanteku yang besar dan kuhisap putting yg mengacung keras tanda dia terangsang atas permainanku.

Ohhh Man, nikmat sayang terusshh jangan berhenti ahhss” ujar tanteku yang terangsang karena hisapanku.

Setelah puas mempermainkan payudaranya. Aku pun turun sambil menciumi perutnya yang mulus dan sampailah di vagina tanteku yang masih tertutup oleh celana dalamnya sudah becek karena cairan pelumasnya sudah keluar cukup banyak.

Akhinya kulepaskan celana dalam tante yang menutupi vaginanya. Kulihat vagina tanteku yang merah dan jembutnya yang tercukur rapi begitu merangsangku. Oh ini jadi rahasia keharmonisan mereka berdua, pantas saja paman begitu sayang pada tante sehingga dia sanggup berlama-lama berduaan dengan tante di kamar ketika pulang dari luar kota. Teringat dalam diriku pernah beberapa kali mendengar suara desahan mereka berdua dari dalam kamar. Aku pun hanya tersenyum mendengar desahan ala suami istri dari kamar tanteku itu. Kini aku tidak hanya bisa mendengar desahan tanteku tapi sebentar lagi aku akan menggapai kepuasan dengan wanita yang manimangku 22 tahun yang lalu saat menemani mamaku lahiran.

Kujilati vagina tanteku yang sudah begitu becek tersebut untuk meningkatkan rangsangan pada tubuhnya. tanteku sedari tadi hanya mampu mendesah-desah menikmati permainanku yang begitu perlahan namun pasti, membuat kami terjatuh dalam kenikmatan incest ala ponakan dan dan tante kandung.

10 menit sudah aku menjilati vagina tanteku yang nikmat ini. Ingin rasanya kumasukkan penisku yang putih dan panjang ini ke dalam vaginanya, namun aku menunggu permintaan langsung dari tanteku. Sampai akhirnya hal yang ditunggu-tunggu itupun tiba.

Ilman tolong masukkan penismu ke dalam vagina tante ya, tante udah gak tahan lagi sayang”. Kata tanteku sambil menarik rambutku untuk menjauhi vaginanya.

Lho, kan tadi tante bilang kita kan tante dan ponakan gak boleh ngentot”. Kataku sambil menggodanya.

Kamu ini! cepetan tusuk penismu ke punya tante sekarang!” ujarnya sambil agak marah menahan nafsunya yang telah terbakar.

Aku pun tanpa banyak tanya langsung naik ke atas tubuh tanteku, kembali kucium bibirnya dan wajahnya sembari mengarahkan penisku ke dalam vagina tanteku dibantu oleh tangan tante yang juga membantu untuk memuluskan masuknya penisku ke dalam vaginanya.

Ohh besarnya penis ponakan tante, puaskan tante, buat tante melayang sayang”. Kata tante merasakan masuknya penisku ke dalam vaginanya.

Ohh iya tan, vagina tante juga nikmat dan sempit banget, minum jamu rapet ya makanya jadi gini”. Kataku sambil terus berusaha memasukkan seluruh penisku ke dalam vaginanya.

Tahu aja kamu Man, kalo gak minum jamu rapet mana mungkin pamanmu bakal setia sama tante, hihihihi.” Kata tante sambil tertawa kecil.

Ihh tante, kenapa ngomongin paman sih, kan sekarang tante lagi sama aku jangan ngebahas paman dong, aku kan jadi cemburu sama tante”. Kataku cemburu mendengar perkataannya.

Kamu juga tadi ngebahas Vira di depan tante, emangnya kamu pikir tante gak cemburu apa sama kamu?” Ujarnya membalas perkataanku.

Iya aku janji gak bakal ngebahas Vira lagi di depan tante soalnya sekarang aku udah jatuh cinta sama tante Ahhhss!” ujarku sambil meneruskan genjotanku pada tante.

tante juga jatuh cinta sama kamu Man, ayo puaskan tante sayang Ohhh” Katanya sambil menahan genjotanku yang semakin kencang.

Aku terus menggenjot tubuh tanteku dengan bersemangat. Suara “Plak, Plok, Plak, Plok” begitu menggema dalam kamar ini. Untung saja Mbok Minah sedang pulang kampong dan paman sedang di luar kota sehingga kami aman melakukan “hubungan terlarang” yang sangat menggairahkan ini.

Kami sering berganti posisi, kadang aku yang di atas, kadang juga tante yang di atas, sesekali kami bercinta dalam posisi menyamping sambil menikmati wajah cantiknya, semua kami lakukan dengan penuh cinta dan nafsu.

tanteku pun sudah 3 kali menikmati orgasmenya, sedangkan aku belum mendapatkannya kendati aku merasakan bahwa puncakku juga semakin dekat.

Setelah hampir satu jam berlalu, aku merasakan penisku mulai berkedut-kedut tanda akan keluar, dalam posisi semula (misionaris) yaitu aku di atas dan tante di bawah, aku pun mulai meningkatkan intensitas sodokanku pada vagina tanteku dan mulai menyodoknya lebih dalam dari biasanya. Saat sodokanku makin dalam, aku merasa ada sesuatu yang kenyal di ujung vaginanya. Aku segera sadar bahwa itu adalah rahim tante tempat aku dikandung dulu.

Ohh sayang kamu mau keluar ya, kok tambah ganas nyodoknya, udah gitu kamu nyodoknya sampai ke rahim tante lagi ohh ohh ohh”. Ujarnya sambil mendesah-desah.

Iya aku udah mau keluar tan, boleh ya aku keluarin di dalam”. Kataku sambil terus menyodoknya.

Jangan nak, nanti tante hamil anakmu”. Kata tanteku cemas.




Aku udah gak tahan lagi tan, Ohh Ohh Ohh PLAK PLOK PLAK PLOK”. Ujarku yang sudah tidak tahan lagi.

Akhirnya 5 menit kemudian, aku mulai mengejang. Kumasukkan penisku dalam-dalam sampai menyentuh mulut rahimnya dan kusemprotkan spermaku habis-habisan ke dalam tubuhnya mengingat aku sudah sebulan tidak mengeluarkan sperma.

AHH tante ini dia terima spermaku OHH OHH OHH CROT CROT CROT CRUUOOOTT CRUUOOOTT CROTT CROTT AHHH”. Kataku sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.

AHH Man, kenapa kamu keluar di dalam OHH OHH CREEETT CREEETT CREEETTT CREEETT AHH”. Kata tanteku yang juga menyambut orgasmenya.

Perlu diketahui aku menyemprotkan spermaku banyak sekali hasil “tabunganku” selama sebulan yang tidak dikeluarkan. Ada kurang lebih 15 kali semprotan ke dalam rahim tanteku dan kuyakin ia pasti merasakan spermaku yang hangat masuk ke dalam rahimnya. tanteku pun keluar sebanyak 7 kali, bisa dibayangkan betapa beceknya kemaluan kami.

Akhirnya setelah menngeluarkan cairan kami masing-masing aku pun ambruk di atas tubuh tanteku. Kulihat wajahnya yang cantik memandangku sayu dengan air mata bercucuran membasahi pipinya. Aku pun mengelap air matanya dengan tanganku lalu kucium kening dan bibirnya.

Kenapa tante nangis, emangya tadi aku kasar ya mainnya”. Tanyaku sembari membelai rambutnya yang sedikit pirang.

tante takut hamil Man, sekarang ini tante lagi masa subur, apalagi tadi sperma kamu keluarnya banyak banget lagi di rahim tante, kalo nanti jadi anak gimana?” katanya sambil terisak-isak

Udah tan gak apa-apa, nanti kalo tante hamil aku bakal tanggung jawab kok, inikan anakku juga tan.”. Kataku berusaha menenangkannya walaupun aku tahu kalo tante hamil maka paman lah yang akan bertanggung jawab secara status dia masih sah sebagai suami tante.

Tapi kan kamu ponakan tante Man, masa ponakan ngehamilin tantenya sendiri sih”. Kata tanteku disela tangisnya yang mulai mereda.

Ya mau gimana lagi tan, mungkin ini memang udah jadi takdir kita.” Ujarku sambil mencium keningnya.

Akhirnya tanteku pun berhenti menangis dan mulai terlelap karena kelelahan. Sementara aku masih terjaga sambil menindih tubuh tante dan menikmati paras cantiknya yang sedang terlelap.

Setengah jam kemudian, aku yang masih terjaga dalam posisi menindih tanteku mulai merasakan getaran nafsu kembali untuk menyetubuhinya. Di saat ia tertidur aku pun mulai menyodoknya pelan sambil mencium kening dan pipinya. Persetubuhan yang kedua ini kulakukan saat tante sedang terlelap. Aku berusaha untuk tidak membangunkannya yang sedang tidur kelelahan.

Namun karena sodokanku terlalu pelan, sulit bagi diriku mencapai orgasme yang kedua. Maka kupercepat sodokanku dan kumasukkan penisku lebih dalam hingga menyentuh mulut rahim tanteku. Karena kencangnya sodokan penisku membuat cairan pelumas dari vagina tante kembali keluar dan perlahan-lahan tante pun terbangun dari tidur lelapnya.

Kok masih belum puas sih kamu Man, padahal tadi kan kamu udah keluar banyak di rahim tante”. Kata tanteku yang terbangun dengan mata sayu karena masih kelelahan.

Aku masih ingin lagi tan, OHH OHH”. Ujarku sambil mempercepat sodokanku.

Terserah kamu deh, tante mau tidur, kecapean soalnya disodok habis-habisan sama kamu tadi.” Katanya sambil kembali memejamkan matanya.

Beberapa menit kemudian aku pun merasa akan keluar lagi, kupercepat sodokanku dan mulai menusukkan penisku dalam-dalam supaya mencapai rahim tanteku. Di sela-sela sodokanku yang makin keras ke dalam rahim tanteku tiba-tiba ia memeluk tubuhku dan merapatkan pinggulku pada pinggulnya. Aku pun sadar bahwa tanteku sebenarnya tidak tertidur dan hanya memejamkan mata sembari menikmati sodokanku.

Ohh tan, aku mau keluarin spermaku di rahim tante biar jadi anak kita! OHH OHH CROT CROT CROT CROT”. Kali ini hanya 7 kali semprotan tapi terasa sangat nikmat. tanteku pun keluar sebanyak 4 kali tapi bedanya kali ini dia hanya berteriak kecil nyaris tak terdengar.

Akhirnya aku pun ambruk di atas tubuh tanteku. Setelah puas menikmati orgasme dan wajah cantiknya, kucabut penisku dari vaginanya dan benar saja, aliran spermaku yang berwarna putih dan sangat kental itu ikut keluar dari dalam vaginanya membentuk aliran sungai kecil yang sedikit membasahi sprei. Kuambil tissue yang ada di tepi ranjang kubersihkan vagina tanteku sekenanya lalu, kuambil bantal untuk mengganjal pinggulnya sehingga spermaku dan cairan vaginanya berhenti keluar. Untuk memastikannya aku sempat mengangkat pinggul tanteku ke atas untuk memastikan tidak ada lagi sperma yang keluar. Setelah melakukan hal tersebut aku pun langsung mengambil posisi tidur di samping tanteku sembari memeluknya dengan erat.

Malam harinya aku terbangun, kulihat tante sudah tidak ada di sampingku. Kubereskan baju dan celanaku yang berserakan di lantai kamar, namun tidak kulihat gaun tante yang aku lepaskan tadi. Aku berpikir mungkin tante sudah membereskannya tadi. Kupakai celanaku lalu kuambil handuk dan mandi untuk membersihkan diri dari sisa-sisa percintaan dengan tanteku.

Setelah mandi dan berganti baju aku pun langsung menuju meja makan. Kulihat tanteku sudah menunggu dengan senyum manisnya. Dia pun menyuruhku duduk untuk menikmati makan malam bersama. Selama makan malam kami tidak banyak mengobrol tapi bisa kulihat tatapan mata tanteku yang penuh arti melihatku. Aku pun membalasnya dengan senyuman manis.

Setelah makan kami pun nonton TV bersama di ruang keluarga sambil mengobrol lebih banyak, kali ini kami tidak membahas seks hanya membahas tentang kelanjutanku kalau nanti lulus kuliah dan bagaimana dalam menghadapi dunia kerja nanti. tante banyak memberikanku nasihat dan aku pun hanya mendengarkan nasihatnya sambil menyender di bahunya yang mulus.

Malamnya tante pun mengajakku tidur bersama dengannya di kamarnya. Aku dengan senang hati menyanggupinya, namun saat tidur berdua di kamar tante kami hanya berbaring berpelukan mesra tanpa “gituan” karena tubuh kami sudah lelah akibat bercinta sore hari tadi.

Persetubuhan itu kami lakukan terus-menerus dengan rata-rata intensitas 4-5 kali seminggu, aku pun terus menikmatinya hingga dua bulan kemudian kabar mengejutkan pun datang.

Dua Bulan Kemudian
Suatu pagi tante menggedor pintu kamar dan memanggil namaku. Sontak aku terbangun dan membuka pintu kamar. Kudapati tante persis di depan pintu dengan daster biru toska. Matanya berbinar dan bibirnya bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu.

Ada apa, tan?” tanyaku panik.

Man, tante hamil”

tante memelukku. Erat sekali. Aku tak bisa berkata-kata lagi dan kupeluk tubuh tante dengan erat. Pikiranku menerawang jauh melewati kisi-kisi jendela kamar. tante akan punya anak. Aku senang berbaur bingung dan sedih. Banyak tanya yang hilir mudik di kepalaku. Kenapa tante bisa hamil? Bagaimana perasaan paman saat ia tahu kalau tante sedang hamil?

Kamu kenapa, Man? Kok bingung seperti itu?”

Anu..anu…” aku tergagap.

Jangan khawatir, tante takkan memberitahu pamanmu”

Tapi, paman harus tahu, tan!”

Nanti saja kalau pamanmu pulang, biar tak mengganggu kerjaannya”




Perasaanku mulai tenang. tante benar, jangan sampai berita ini mengganggu konsentrasi paman. Lagipula seminggu lagi paman balik dari Palangkaraya. Semoga paman tak menuduhku menghamili tante. paman selalu menasehatiku sesaat sebelum berangkat keluar kota kalau aku harus menjaga tante dengan baik dan tak berbuat hal yang memalukan keluarga. paman pernah berkelakar bahwa jangan sampai aku menghamili anak orang lagi, apalagi sampai menghamili tante. Kami bertiga pasti akan tertawa setelah paman mengulang kelakar itu sehabis sarapan.

Namun kelakar paman kali ini membawa kenyataan, aku sekarang sudah menghamili tante. Buruk sekali memang perbuatanku, dulu aku menghamili Vira pacarku hingga dia menggugurkan kandungannya, sekarang justru tanteku sendiri yang kuhamili. Aku pun hanya bisa berdoa semoga perbuatanku dan tante tidak diketahui pamanku dan dia merasa bahwa anak di kandungan istrinya adalah benih darinya. Semoga.

Seminggu kemudian pada malam harinya paman akhirnya tiba dirumah. Aku dan tante menyambutnya dengan antusias. paman membawakan kami banyak oleh-oleh dari Palangkaraya. Setelah membuka oleh-oleh dari paman kami pun menuju meja makan untuk makan bersama. Aku dan paman memuji masakan tante pada malam itu karena porsinya yang banyak dan terasa lezat. Di waktu makan paman menanyakan apa saja yang kami lakukan selama 3 bulan ia berada di luar kota dan menanyakan apakah aku menjaga tante dengan baik. tante menjawab bahwa selama 3 bulan ini aku dan tante menunggui rumah dan ketika akhir pekan jika aku tidak ada acara dengan teman kami berdua biasa jalan-jalan menemani tante belanja atau makan berdua di restoran. paman memujiku karena telah menjalankan tugas dengan baik. Makan malam saat itu banyak diselingi canda tawa dari paman, aku pun sesekali menanggapi candaannya begitu juga dengan tante.

Hebat kamu ya Man, bisa gantiin tugas paman buat jagain tante kita yang cantik ini hehehehe”. Canda pamanku yg dibalas dengan cubitan ringan dari tanteku

Iya dong yah, nanti kalo gak dijagain bisa-bisa tante diapa-apain lagi sama orang kan nanti kita yang repot”. Balasku pada paman.

Tapi kamu gak ngehamilin tante kamu kan kayak sama Vira dulu? Awas ya kalo sampe kayak gitu tak jadikan rawon dagingmu itu hahahahaha”. Balas pamanku

Ih paman becandanya kok gitu, Ilman kemaren jagain tante dengan baik kok, Ya gak Man?”. Tanya tanteku sambil mengerlingkan matanya

Tau nih paman, bukannya ngasih motivasi malahan ngungkit-ungkit masa lalu”. Kataku sambil memanyunkan bibir.

Maaf deh, paman cuma bercanda kok, yaudah dilanjut gih makannya nanti keburu dingin lagi. Ujar pamanku meminta maaf dan mengalihkan pembicaraan.

Oh paman maafkan aku, sebenarnya selama 3 bulan kepergianmu kemarin, aku sudah menanamkan benih spermaku ke dalam rahim istrimu yaitu tante kandungku sendiri, semoga kau mau menerima anak dalam kandungan tante itu sebagai anakmu”. Kataku dalam hati.

Selesai makan aku dan tante menuju ruang keluarga untuk menonton TV sementara paman masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sewaktu menonton aku memberanikan diri untuk bertanya pada tante.

tan, usia kandungan tante udah berapa bulan?”. Tanyaku padanya.

Udah hampir sebulan sih Man, memangnya kenapa?”. Balas tanteku.

Aku takut paman tahu perbuatan kita tan, aku ngerasa bersalah waktu ngobrol pas makan malam tadi”. Kataku sambil menyenderkan kepalaku pada bahunya.

Udah kamu gak usah pikirin itu sayang, biar nanti itu urusan tante buat ngeyakinin pamanmu, sekarang mendingan kamu fokus buat nyelesaikan skripsimu biar nanti bisa lulus dan dapet kerjaan”. Kata tanteku menenangkanku dan mengalihkan pembicaraan.

Makasih ya tan buat pengertiannya, nanti aku bakal berusaha nyelesaikan skripsiku biar nanti bisa bahagiain tante”. Kataku sambil beringsut tidur di pahanya yang mulus sembari mencium perutnya yang sekarang terisi “dedek bayi” hasil semprotan spermaku ke rahimnya selama 3 bulan belakangan ini.

tanteku pun tersenyum sambil membelai kepalaku dan memegang tanganku untuk diusap-usapkan ke perutnya yang sedang “berisi” ini. 10 menit kemudian ketika paman selesai mandi, aku pun bangun dan minta izin tanteku untuk tidur karena mataku yg sudah berat.

Keesokan malamnya, aku mendengar suara desahan dari kamar orang tuaku, rupanya mereka tengah melepas kangen selama 3 bulan ini. Aku berinisiatif untuk mengintip apa yang terjadi di dalam sana. Saat aku melihat ke dalam, terlihat paman sedang menindih tante dan menyodok vaginanya dengan kencang, mereka mendesah-desah dengan hebat.

Oh bun, punyamu kok makin tebel ya dibanding sebelum ayah tinggal 3 bulan kemarin, ayah jadi keenakan ini Ohh Ohh Ohh”. Kata pamanku sambil mendengus-dengus.

“ayah juga making ganas aja, waktu 3 bulan di Palangkaraya beneran “puasa” atau malah “jajan” sama cewek disana Ohh Ohh Ohh”. Tanya tanteku yang juga ikut mendesah karena sodokan paman.

“ayah disana beneran puasa kok bun, soalnya cewek disana gak ada yang secantik bunda Ohh Ohh Ohh”. Balas pamanku.

Ih ayah udah tua masih aja gombal”. Kata tanteku sambil mencubit hidung pamanku yang mancung.

Pergumulan itu pun berlanjut hingga 10 menit kemudian mereka menggeram bersama sambil mengeluarkan cairan masing-masing. Tubuh pamanku pun ambruk menindih tubuh tanteku sambil meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan mereka tadi.

Setelah selesai menonton persetubuhan mereka, aku pun pergi ke kamar untuk meredakan nafsuku dengan bermasturbasi sembari membayangkan persetubuhan dengan tanteku. Setelah keluar cairan spermaku, walaupun terasa kurang nikmat tapi nafsuku lumayan mereda dan akhirnya aku pun tertidur lelap hingga keesokan harinya.

Beberapa hari kemudian, aku pun kembali aktif kuliah karena masa liburan sudah usai. Aku pun berusaha sesuai dengan janjiku pada tante untuk menyelesaikan kuliahku yang tinggal sedikit lagi. Aku dan tante masih melakukan hubungan seks secara teratur walaupun tidak sesering seperti waktu aku libur dikarenakan kesibukan skripsi.

Sebulan kemudian waktu sore hari aku mendengar suara percakapan dari kamar orang tuaku.

tante kok bisa hamil sih, padahal kan usia tante udah cukup tua lho, udah 45 tahun”. Tanya pamanku keheranan.

Ya jelas masih bisa Yah, walaupun usia tante udah 45 tahun tapi tante masih produktif dan gak pernah pake KB. Inget gak sebulan lalu waktu paman baru pulang dari Palangkaraya, keesokan malamnya paman setubuhin tante habis-habisan kan sampai sperma paman keluar di dalem rahim tante banyak banget? Nah waktu itulah tante lagi masa subur-suburnya”. Kilah tanteku sambil beralibi.

Yaudah lah, kalo udah terlanjur hamil mau diapain lagi, yang penting jaga kandunganmu ya tan jangan sampai kecapean. Maafin kata-kata paman yang tadi ya”. Kata pamanku sambil memeluk tubuh tanteku dengan erat.

Gak apa-apa yah, mungkin udah takdir kita untuk punya anak lagi di usia segini”. Jawab tanteku yang juga membalas pelukan pamanku dengan erat.

Melihat pertengkaran kecil mereka mereda aku pun langsung pergi ke kamarku lalu menguncinya. Di dalam kamar aku menangis menyesali perbuatanku karena gara-gara akulah paman dan tante sempat bertengkar kecil tadi perihal kehamilan tante. Untung saja mereka berdua cepat saling bermaafan dan keadaan kembali membaik. Aku bertekad untuk menyelesaikan skripsiku lebih cepat agar bisa membahagiakan paman dan tante plus “dedek bayi” yang ada di kandungan tante saat ini.

Malam harinya sewaktu di ruang makan, paman memberitahukan padaku bahwa aku akan punya “adik” lagi. Aku pun pura-pura terkejut dan senang mendengar berita ini. paman berpesan padaku untuk tidak menyusahkan tanteku yang sedang hamil dan juga bergantian menjaga tante kalau ia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Aku pun mengiyakan pesan paman dan berjanji untuk menjaga tante dan “adikku” yang ada di dalam kandungannya.

Setelah makan seperti biasa aku dan tante langsung menuju ruang keluarga untuk menonton TV, sedangkan pamanku menuju ruang kerjanya karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Di sela-sela menonton TV kami pun mengobrol perihal kehamilan tante.

tante pintar ya bisa ngeyakinin paman kalo bayi dalam kandungan tante ini dari benihnya paman, padahal kan bayi ini”. Kataku sambil mengusap perut tante.

Itu udah jadi tugas tante sayang, yang penting sekarang kamu fokus sama skripsiku aja”. Kata tanteku memotong kata-kataku yang tidak aku selesaikan tadi.




Aku pun langsung memeluk tanteku dengan satu tangan dan mencium bibirnya sembari satu tanganku yang lain mengusap-usap perutnya sebagai tanda sayang. tante menegurku karena paman sedang ada di rumah. Aku pun menghentikan aksiku lalu melanjutkan nonton TV dengan tante sambil bersikap biasa layaknya tante dan anak.

Beberapa bulan kemudian tidak terasa usia kandungan tante telah mencapai 7 bulan. Hal itulah yang membuat perut dan payudara tante sudah semakin membesar dan badannya mulai melar. Melihat perubahan tubuhnya tersebut membuat aku semakin bergairah padanya. Sewaktu pagi sesudah paman berangkat kerja, karena hari ini aku tidak ada jadwal konsultasi skripsi dengan dosenku, aku memutuskan untuk dirumah saja agar bisa menikmati tubuh tanteku.

Aku melihat tante sedang tertidur kecapaian setelah menemani paman sarapan, untung saja ada Bi Minah yang membantu di rumah, kalo tidak pasti tante kewalahan mengurus rumah. Melihat itu aku berinisiatif untuk menggendong tante ke kamarnya, sewaktu aku membawa tante ke kamar aku berpapasan dengan Bi Minah dan bertanya padaku yang sedang menggendong tante.

tante mau dibawa kemana den Ilman?” Tanya Bi Minah.

Aku mau bawa tante ke kamarnya Bi, kasian soalnya tadi ngeliat tante ketiduran di sofa, aku takut tante jatuh dari sofa”. Jawabku pada Bi Minah.

Yaudah hati-hati gendongnya den Ilman, biasa orang kalo hamil tua emang bawaannya sering kecapean melulu”. Ujar Bi Minah menasihatiku.

Iya bi, ini aku gendongnya pelan-pelan kok”. Jawabku padanya.

Den tadi Bibi udah bikinin nasi goreng buat Aden sarapan, nanti kalo udah bawa tante ke kamarnya, Den Ilman langsung sarapan ya soalnya Aden kan belum sarapan apalagi ngegendong tante ke kamarnya pasti lapar dan capek banget”. Ujar Bi Minah yang memang perhatiannya membuatku seperti punya tante kedua.

Iya makasih ya Bi.” Ucapku berterima kasih.

Den maaf ya Bibi gak bisa lama-lama soalnya Bibi ada acara nikahan sodara di Kendal, jadi nanti abis bersih-bersih Bibi mau langsung kesana, Oh ya nanti kalo tante udah bangun bilangin Bibi izin ya”. Kata Bi Minah memohon Izin.

Iya nanti aku sampaikan ke tante, oh ya kapan Bibi pulangnya?”. Tanyaku padanya.

Besok juga udah pulang kesini Den, yaudah Bibi lanjut bersih-bersih dulu ya. Kata Bi Minah.

Ok Bi”. Tutupku

Aku pun langsung membawa tante ke kamarnya dan membaringkannya diatas ranjang. Setelah itu aku mengisi perut dengan sarapan dan mandi. Setelah mandi aku mengecek keadaan dan kulihat Bi Minah sudah tidak ada dirumah. Aku pun langsung menuju kamar tanteku untuk melampiaskan nafsuku yang sudah di ubun-ubun.

Aku pun langsung membuka pintu kamar tanteku lalu menguncinya supaya aman dan kulihat ia masih tertidur pulas disana. Satu jam sudah kutinggal rupanya tante masih berbaring terlentang dengan desahan nafasnya yang terdengar halus. Melihat tubuh putih mulusnya dengan payudaranya yang membesar karena hamil membuat nafsuku kian terbakar. Aku pun mulai menciumi wajahnya seperti kening, pipi, dan bibir, lalu turun ke lehernya. Pelan-pelan kubuka baju tanteku dan celananya lalu kulemparkan ke lantai kamar sehingga ia telanjang bulat sampai tidak ada sehelai benang pun menutupi tubuhnya.

Setelah berhasil menelanjanginya, aku juga melucuti baju dan celanaku dan kulempar ke lantai sehingga aku juga sama-sama telanjang bulat seperti tante dengan penisku yang mengeras sempurna dan mengangguk-angguk minta dimasukkan ke Vagina tante

Aku pun menciumi tubuhnya dan kuhirup wangi sabun yang masih segar di tubuhnya. Rupanya tante sudah mandi tadi pagi sama sepertiku. Aku pun mulai menciumi payudara lalu turun ke perut, paha dan vaginanya. Kujilati vaginanya yang mulai becek karena terangsang, kemudian aku kembali ke payudaranya untuk mencium dan menjilatinya. Aku memberanikan diri untuk menghisap payudaranya dan benar saja, aliran ASI yang manis mulai masuk ke mulutku dan kutelan dengan lahap. Sungguh lezat air susu tanteku membuatku ketagihan untuk menghisapnya.

Setelah puas menghisap air susunya, aku pun tidak sabar untuk menikmati tubuhnya yang sedang hamil itu. Selanjutnya kumiringkan tubuh tanteku membelakangi arahku mengingat kondisi perutnya yang sedang hamil 7 bulan membuatku tak mungkin menyetubuhinya dalam kondisi konvensional. Setelah berhasil kumiringkan, kuangkat sedikit kakinya lalu kumasukkan penis besarku ke dalam vaginanya secara perlahan-lahan.

Setelah berhasil memasukkan semua penisku, barulah tubuh tanteku mulai menggeliat mengeluarkan desahan namun matanya masih dalam kondisi terpejam. Aku merasa sepertinya tante sangat kelelahan sekali saat ini tidak seperti biasanya, padahal sewaktu belum hamil ketika tertidur pulas, kalau kucium bibirnya sedikit saja pasti tante langsung bangun. Aku pun mulai menggenjotnya dengan pelan.

5 menit sudah aku menggenjot tubuhnya sambil mendesah pelan, kulihat tanteku mulai sadar dan membalikkan lehernya menghadap ke arahku dan memandangku dengan tatapan sayu.

Man, tante lagi capek banget nih kok malahan kamu sodok sih?”. Tanya tanteku pelan.

Aku gak tahan waktu ngeliat tante tidur di sofa tadi makanya aku bawa tante ke kamar biar lebih bebas buat ngegenjot tante Ohh Ohh Ohh”. Jawabku sambil mendesah.

Nanti ketahuan Bi Minah lho sayang”. Ujar tanteku dengan tatapan sendunya.

Tenang tan, Bi Minah tadi udah izin sama aku buat ngehadirin nikahan sodaranya di Kendal, katanya sih besok baru pulang”. Kataku menyampaikan pesan Bi Minah tadi pada tante.

Yaudah gak apa-apa, tapi kamu genjotnya yang pelan ya, ingat lho sama anak kembarmu yg ada di rahim tante”. tanteku mengingatkan.

Aku pun melanjutkan genjotanku dengan perlahan. 30 menit sudah aku menggenjot tubuhnya. Tidak ada tanda-tanda aku untuk orgasme, sementara tante sudah 2 kali mencapai orgasmenya. Aku pun berinisiatif untuk mengubah posisi menjadi doggie style. Kuberanikan diri untuk meminta ia mengubah posisinya menjadi menungging.

tan, ganti posisi jadi nungging dong, kalo posisi nyamping kayak gini terus aku jadi tambah lama keluarnya”. Pintaku pada tante.

Aduh tante udah capek banget ini sayang”. Keluh tanteku.

Ayolah tan, sekali aja, biar aku bisa cepet keluar”. Kembali aku meminta padanya.

Akhirnya tante pun menuruti permintaanku untuk menungging. Aku pun pada awalnya kembali menggenjotnya dengan perlahan seperti pada posisi awal tadi. Namun, karena merasa ingin cepat keluar, kupercepat genjotanku pada vaginanya. Merasa sodokanku makin keras. tanteku pun kembali memperingatkanku untuk melakukannya dengan perlahan.

Man, yang pelan dong genjotnya, ada anak kembarmu ini rahim tante Ohh Ohh Ohh” kata tanteku kembali mengingatkanku sambil mendesah nikmat.

Sabar tan, bentar lagi aku juga keluar kok tenang aja”. Jawabku menenangkannya.

10 menit kemudian, aku merasakan ujung penisku mulai geli dan ingin menyemburkan isinya. Ketika akan keluar, terbayang dalam otakku ingatan rangkaian peristiwa persetubuhanku dengan tante dari awal sebelum hamil sampai akhirnya tante hamil anak kembarku sekarang. Bayangan itulah yang membuat aku menjadi lebih bernafsu dengan tanteku saat ini dibandingkan dengan sebelumnya. Kupercepat genjotanku pada tante sampai pada akhirnya kutekan penisku dalam-dalam dan akhirnya keluarlah spermaku dalam jumlah yang luar biasa dahsyat.

Ohh tan aku mau keluar, ini terima spermaku tan Ohh Ohh CROOOOT CROOOOT CROOOOT CRUOOOT CRUOOOT CROOOOT Ahh Ahh”. Teriakku sambil mengeluarkan spermaku lebih banyak ke tubuh tanteku dibandingkan dari biasanya.

Ohh Man, tante juga keluar lagi sayang CREEET CREEET CREEET CREEET Ahh Ahh”. Balas tanteku yang juga sudah keluar untuk ketiga kalinya.

Akhirnya aku dan tante pun berhasil mencapai kenikmatan maksimum dari persetubuhan kami pagi ini. Aku pun mencabut penisku dari vaginanya dan membantunya untuk mengubah posisinya dari menungging menjadi berbaring miring menghadapku. Setelah itu kami pun berbicara santai.

Man, tadi kok tante ngerasa sperma kamu keluarnya banyak banget lebih banyak dari biasanya”. Ujar tanteku keheranan.

Iya tan soalnya pas tadi aku mau keluar aku jadi terbayang persetubuhan kita dari awal sebelum tante hamil pas kita baru pulang beli gaun tante di butik sampai terakhir tante hamil anak kembarku seperti saat ini”. Ujarku sembari mencium kening dan memeluknya.

Senafsu itukah kamu sama tante Man, sampai ngebuat Vagina tante banjir kayak gini”. Tanya tanteku membalas pelukanku.

Bukan hanya nafsu tan, tapi aku juga mencintaimu sebagai orang yang paling berharga dalam hidupku, I Love You tante”. Ujarku dengan mesra.

Love You Too Sayang”. Balas tanteku.

Beberapa saat kemudian aku melepaskan pelukanku dan melihat spermaku keluar dari vagina tanteku terus mengalir ke pahanya dan sedikit mengenai sprei. Aku pun berinisiatif untuk mengambil kain lap yang ada di kamar tante untuk membersihkan tubuh tanteku dari aliran spermaku. Setelah selesai kami pun tertidur berdua sambil berpelukan mesra di kamar tante hingga siang harinya.

Kurang lebih 2 bulan kemudian, di usia yang ke 46 tahun tante akhirnya melahirkan anak kembarku di rumah sakit di rumah sakit ditemani oleh aku dan paman. Mereka berdua kembar beda kelamin. Setelah berembuk kami sepakat menamai mereka Rangga dan Arini. Sewaktu paman keluar menerima Telfon aku pun berbincang dengan tante.

Man, Rangga mirip banget ya sama kamu, liat deh hidungnya yang mancung sama badannya kekar. Persis kayak waktu tante lihat kamu baru lahir dulu”. Ujar tanteku.

Arini juga mirip banget sama tante, liat aja rambutnya agak pirang gitu persis kayak tante”. Ujarku sambil mengamati Arini.

Namanya juga anak kita berdua pasti mirip sama papa dan mama kandungnya dong ya gak Man”. Kata tanteku sambil mengerlingkan matanya.




Ehh Iya tan hehehe”. Ujarku sambil tertawa kecil.

2 bulan kemudian akhirnya aku pun diwisuda. Setelah berjuang selama 5 tahun akhirnya aku berhasil mencapai gelar sarjana. Hari ini aku begitu bahagia karena kedua orang tuaku plus kedua “adikku” ikut meramaikan wisudaku. tanteku dengan dandanan cantiknya yang sangat khas seperti wanita Indo-Belanda dan pamanku yang gagah dengan jas dan dasinya plus kedua “adikku” yang lucu membuatku begitu bahagia pada hari tersebut. Saat paman menyingkir sebentar untuk menerima Telfon, aku pun berbincang dengan tante.

Ilman, inget ya sama kedua anakmu ini, kamu harus nafkahin mereka berdua karena mau bagaimana pun mereka berdua ini darah daging kamu”. Kata tanteku mengingatkanku sambil mengelus kepala mereka berdua yang tengah tertidur dalam kereta bayi.

Tenang tan, kemarin Ilman sudah dapat tawaran kerja dari perusahaan besar, gajinya juga lumayan, cuman mereka ngasih syarat untuk nunjukkin ijazah S1 kalo mau diterima kerja disana. Makanya tan, Ilman belum bisa dapet kerjaan kemaren, tapi tenang aja kalo udah pegang ijazah Ilman yakin bisa diterima”.

Nah gitu dong, itu baru namanya “ayah” yang bertanggung jawab sama anaknya hihihihi”. Kata tanteku sambil tertawa kecil.

Akhirnya kami pun saling tersenyum satu sama lain.

TAMAT



Dilema (Mama)

Namaku Rio umur 16 th,anak tunggal dan masih sekolah SMK otomotif kelas 2 di Yogyakarta. Aku pendiam dan tak pandai dalam hal pergaulan, tap...