Sabtu, 27 Juni 2020

Sang Pemuas Nafsu

Setelah aku lulus SMA, aku melanjutkan studi di Bandung. Kebetulan aku diterima di sebuah PTN yang terkenal di Bandung. Mengenai hubunganku dengan tante "U" di kota asalku sudah berakhir sejak kepindahan keluarga Oom U ke Medan, dua bulan menjelang aku ujian akhir SMA. Namun kami masih selalu kontak lewat surat atau telepon.

Perpisahan yang sungguh berat, terutama bagiku; mungkin bagi tante U, hal itu sudah biasa karena hubungan sex buat dia hanya merupakan suatu kebutuhan biologis semata, tanpa melibatkan perasaan. Namun lain halnya denganku, aku sempat merasa kesepian dan rindu yang amat sangat terhadapnya, karena sejak pertama kali aku tidur dengannya, hatiku sudah terpaut dan mencintainya.

Sejak aku mengenal tante U, aku mulai mengenal beberapa wanita teman tante U, mereka semuanya sudah berkeluarga dan usianya lebih tua dariku. Wanita lain yang sering kutiduri adalah tante H; dan tante A seorang keturunan arab yang banehol. Jadi semenjak kepindahan tante U ke Medan, merekalah yang menjadi teman kencanku. 

Hampir setiap hari aku menginap di rumah tante H, dengan tante H boleh dikata setiap hari aku melakukan hubungan intim tidak mengenal waktu, dan tempat. Pagi, siang sore atau malam, di kamar, di ruang tamu, di dapur bahkan pernah di teras belakang rumahnya.Teradang kami main bertiga, yakni aku, tante H dan tante A. Di rumah tante H benar-benar diperas tenagaku. Sesekali waktu aku harus melayani temen tante H yang datang ke sana untuk menghisap tenaga mudaku. Aku sudah nggak peduli lagi rupanya aku dijadikan gigolo oleh tante H. Pokoknya asal aku suka mereka, maka langsung kulayani mereka.

Didekapnya tubuhku, aku menyusupkan mukaku ke dada tante H; ada suatu kedamaian disana; kedamaian yang memabukkan; yang membangkitkan hasrat kelelakianku lagi. Sessat kemudian kami berpacu lagi dengan hebat, hingga beberapa kali tante H mencapai puncak kepuasan. Aku memang termasuk tipe pria hypersex dan mampu mengatur timing orgasmeku, sehingga setiap wanita yang tidur denganku pasti merasa puas dan ketagihan untuk mengulangi lagi denganku.

Terkadang di dalam kesendirianku, aku terngat tante U, dengan segala kehangatan tubuhnya. Aku teringat moment-moment yang pernah kami jalani di salah satu kamar di rumah tante H.

Di salah satu kamar di rumah tante H itulah kami biasa mengumbar nafsu kami, saling menumpahkan rasa rindu kami, sudah tak terhitung lagi barapa banyak aku menyengga-mainya menumpahkan segenap rasa dan nafsuku, dan sebanyak itu kami berhubungan tak pernah sekalipun kami menggunakan alat kontrasepsi, baik itu kondom, spriral, tablet atau sebangsanya. Jadi kami melakukannya secara alami saja, dan tentunya dapat dibayangkan akibatnya. Yach.. tante U pergi dengan membawa banyak kenangan indahku, membawa cintaku dan membawa pula janin dari benih yang kutanam di rahimnya.. Begitu pula tante-tante yang lainnya, aku beri benih hanya untuk dirawat suami-suami mereka.

Awal semester pertama sudah berjalan 2 bulan lebih 5 hari, jadi tak terasa aku sudah menempati rumah petak kontrakanku selama itu. Setiap hari aku berjalan kaki ke tempat kuliah, yang memang tak jauh dari rumah kontrakanku.

Setiap kali aku berangkat atau pulang kuliah, aku selalu melewati sebuah rumah yang dihuni satu keluarga dengan dua anak perempuannya, sebenarnya 3 orang anaknya dan perempuan semuannya. Dua sudah berkeluarga, yaitu Kak Rani dan Kak Rina, sedangkan si bungsu Yanti masih SMA kelas 1 (baru masuk).

Kak Rani dan Kak Rina anak kembar, hanya saja nasib Kak Rani lebih baik ketimbang Kak Rina. Kak Rani bersuamikan pegawai Bank dan sudah memiliki rumah serta dua anak perempuan, sedangkan Kak Rina bersuamikan seorang pengusaha box kanvas suatu perusahaan dan belum dikarunia anak, serta masih tinggal bersama ibunya. Bu Maman seorang janda yang baik hati dan sayang benar sama cucunya, yaitu anak Kak Rani.

Perkenalanku terjadi saat aku pulang kuliah sore hari, dimana hujan turun cukup lebat. Pada saat aku berjalan hendak memasuki mulut gang, berhentilah sebuah angkot dan ternyata yang turun Yanti dengan seragam SMAnya.

Aku menawarinya berpayung bersama dan ternyata dia mau. Kuantar Yanti sampai rumahnya, setiba di rumahnya dipersilahkannya aku masuk dan duduk di ruang tamu, sementara dia masuk berganti pakaian. Saat aku menunggu Yanti, Kak Rina keluar dengan membawa secangkir teh hangat dan kue. Mulutku secara tak sadar ternganga melihat kecantikan Kak Rina. Mata nakalku tak henti melirik dan mencuri pandang padanya. Padahal Kak Rina hanya berpakaian sederhana, hanya mengenakan daster motif bunga sederhana, namun kecantikannya tetap nampak. Kulitnya yang putih kekuningan dan badannya yang segar dengan buah dada yang menonjol, semakin menambah kecan-tikan penampilannya sore itu.

Melihatku dia tersenyum, nampak sebaris gigi putih yang bersih berjajar. Aku tergagap dan segera kuulurkan tangan untuk berkenalan dengannya. Hangat tengannya dalam genggamanku, dan sambil menunggu Yanti selesai berganti pakaian dia menemaniku ngobrol. Dalam obrolan ku dengan Kak Rina sore itu, baru kutahu kalau Kak Rina sering melihatku saat aku berjalan berangkat dan pulang kuliah. Itulah hari pertamaku berke-nalan dengan keluarga Yanti.

Pagi esok harinya, saat aku berangkat kuliah, aku bertemu Kak Rina di mulut gang. Kami bersalaman, tiba-tiba timbul kenakalanku, kugelitik telapak tangan Kak Rina saat kugeng-gam, ternyata dia diam saja bahkan senyum padaku. Sejenak kami berbasa-basi bicara, kemudian aku cepat bergegas kuliah.

Pada suatu pagi, saat aku lewat di depan rumah Yanti untuk berangkat ke kampus, ku dengar suara Kak Rina memanggilku. Aku segera membelokkan arah langkahku menuju rumah Yanti, saat aku masuk ke rumah kudapatkan rumah dalam keadaan sepi, hanya Kak Rina sendiri di rumah. Kak Rina memintaku memperbaiki seterika yang rusak.

Seterika tersebut kuperbaiki di atas meja seterika di ruang belakang, Kak Rina berdiri di sebelahku menunggui aku memperbaiki seterika. Saat aku hendak meraih obeng di meja, tanpa sengaja tangan Kak Rina tersentuh olehku. Kak Rina diam saja, tiba-tiba timbul isengku, kupegang dan kuremas tangan Kak Rina, ternyata Kak Rina tak menarik tangannya, sehingga timbul keberanian dan kenekatanku. Kupeluk pinggangnya dan tubuhnya kutarik merapat ketubuhku, langsung mulutku menyergap mulutnya. Mungkin Kak Rina tak mengira kenekatanku itu, namun ternyata dia tidak menolak bahkan membalas ciumanku.

Mendapat reaksi yang demikian aku tak ragu-ragu lagi, segera tanganku menjelajah kian kemari. Menyingkap daster bagian depan dan menyusupkan tangan ke balik celana dalamnya. Memeknya terasa hangat, tanpa ada gumpalan rambut, segera jariku beroperasi di dalam memeknya, membuat Kak Rina mengerang.., mendekap tubuhku semakin kencang.

Kubuka kancing daster yang terletak di bagian belakang, dan segera kulepaskan dasternya, sehingga tubuhnya hanya tertutup BH dan celana dalam saja. Mencuat dua bukit kembar yang tertutup oleh BH warna cream. Kulepas tali Bh-nya dan langsung kuhisap puting susunya. Kak Rina sudah nggak bisa mengendalikan diri lagi, didekapnya kepalaku keras kedadanya, sementara tanganku terus bergerilya di dalam memeknya. Akhirnya kami berciuman, daster dan BH Kak Rina sudah terlepas, sehingga bagian yang paling rahasia saja yang masih tertutup oleh CD warna putih.

Setelah beberapa saat direnggangkan pelukannya, lalu cepat diraihnya daster, untuk menutupi tubuhnya ala kadarnya dan ditariknya tanganku menuju kamarnya. Di dinding kamar Kak Rina terpasang gambar Kak Rina dan suami, namun gambar foto itu sudah tak berarti lagi manakala Kak Rina sudah terbuai oleh berahi yang memuncak. Segera dilepas celana dalamnya, dan segera dia telentang di atas tempat tidur sambil mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Terlihat jelas celah di antara kedua pahanya yang putih menentang, siap menerima kehadiran penisku. Merekah kemerahan memek Kak Rina dan membuat kontolku keras menegang siap melumat lubang nikmat itu, Kak Rina menunggu dengan tak sabar. Perlahan-lahan kulepas pakaianku, mata Kak Rina tak lepas-lepas mengawasiku saat aku melepas pakaianku.

Begitu celana dalamku terlepas, dan nampak penisku tegak berdiri, maka segera Kak Rina bangkit dan menarik tubuhku menindihnya., dengan rakus dipegang penisku dan langsung dibimbingnya masuk ke memeknya.

Kuikuti saja kemauan Kak Rina, langsung kusentak penisku hingga langsung amblas ke dalam memek Kak Rina yang memang sudah basah kujarah tadi. Kugenjot penisku keras-keras dan cepat, luar biasa erangan-nya.., Nampak sekali Kak Rina menikmati, gerak tubuhnya luar biasa binalnya, bagai harimau betina yang sedang kelaparan mencari mangsa. Pinggulnya digoyang naik turun, kadang diputar-putar, wah ..nikmat sekali. Lima belas menit sudah kami bercinta, tiba-tiba badannya mengejang, pertanda dia telah mencapa klimaks, diiringi dengusan dan erangan yang agak keras; didekapnya badanku erat-erat. Terasa cairan hangat melumasi liang vaginanya dan membuat penisku semakin mudah bergerak.

Kucabut penisku dan kubalik badannya, dalam posisi merangkak kuhunjamkan penisku ke memeknya, langsung kugenjot keras-keras. Kepalanya menengok ke belakang, dan kembali kami berciuman, tanpa menghentikan hentakan penis di dalam liang vaginaya.

Kuremas-remas buah dadanya dari balik punggungnya, keras dan kenyal, semakin kupercepat genjotanku, penisku sudah mulai berdenyut-denyut pertanda air maniku hendak muncrat.., Di luar memeknya terlihat cairan berbusa, hal itu karena cairan memeknya yang tadi sudah keluar kukocok dengan penisku.

Sessat kemudian kurobah posisi, Kak Rina menindihku. Digerakan pantatnya naik turun, aku mengimbangi dengan gerakan yang sama namun berlawanan. Badan Kak Rina bergoyang-goyang, kadang membungkuk dan menciumku, kadang tegak sambil tangan kanannya memegangi penisku untuk tetap tegak dan masuk ke dalam memeknya.
Kembali klimaks dicapainya, terasa dinding vaginanya semakin basah, sehingga penisku semakin lancar bergerak di dalamnya.

Kucabut penisku, kuambil tissue dan aku lap bagian dalam memek Kak Rina, kutelen-tangkan badannya, kutindih lagi tubuhnya, kudekap tubuhnya erat-erat, lalu kugenjot memeknya cepat dan dengan sepenuh tenaga. Reaksi Kak Rina luar biasa, dia mengerang, bahkan kadang menjerit lirih pertanda diapun menikmati permainan itu. Tiba-tiba kuhentikan gerakanku, Kak Rina sepertinya sudah tak sabar, digerakan pahanya ke atas, sepertinya mengejar kemana penisku pergi. Benar-benar Kak Rina menikmati sekali permainan itu, tak henti-henti bibirnya berucap, ough.. nugi.. terus.. nugi.. ouh.. aah.. enaak.. ough.. Kutekan dan kugenjot terus penisku keras-keras ke dalam memeknya. Terdengar bunyi dan derik dipan tempat tidur Kak Rina, erangan dan rintihannya semakin menambah gairahku, bunyi berkelepak akibat beradunya badan kami saat aku menekan masuk penisku ke dalam memek Kak Rina., seirama dengan goyang dan gerakan yang kami lakukan.

Sesaat kemudian kembali Kak Rina mengerang agak keras, ooh.. nugi.. teruss.. aahh.. aahh.. teruus.. aahh.. dan badannya kembali menegang pertanda klimaks telah dicapainya lagi.

Aku sudah tak dapat menehan lagi keinginan untuk memuntahkan air maniku, sehingga aku percepat gerakan tubuh, akhirnya lepas dan terbuanglah air maniku dengan pancaran yang kuat sehingga air maniku masuk jauh ke dalam liang vagina Kak Rina, terasa sebagian air maniku meleleh keluar dari lubang vagina Kak Rina, membasahi seprei hingga terlihat noda bercak spermaku bercampur sperma Kak Rina.

Puuas.., betul-betul hebat Benar-benar..pertempuran yang hebat dan melelahkan.., pelan-pelan kurebahkan tubuhku disampingnya, namun sebelum niatku kesampaian Kak Rina menahanku, dan memintaku tetap dalam posisi menindihnya, sementara kontolku tetap dalam vaginya, berharap dengan ini akhirnya dia akan hamil.

Keringat bercucuran.., membasahi tubuh kami berdua, sprei tempat tidur sudah berantakan, dan bercak-bercak akibat tetesan air maniku bercampur air mani Kak Rina mengotori sprei itu.. Buah dada Kak Rina, semakin mengkilat terkena keringat dan benar-benar merupakan pemandangan yang sangat menggairahkan. Segera kuhisap dan kuremas payudaranya, ohh.. enak nugi.. enak..

Kami tidur berdampingan, aku telentang dan Kak Rina memelukku. Kaki kirinya disilangkan di atas tubuhku, sedangkan kepalanya diletakkan di dadaku. Terasa hangat dan berlendir memeknya, menempel di perutku. Matanya menatapku penuh mesra, tangan kirinya tak henti-henti mengelus kontolku. Kami berbicara pelan sambil bercanda mesra, dia bertanya kepadaku, kenapa aku begitu nekad memeluk dan menciumnya. Aku jawab bahwa memeknyalah yang mengajak dan memintaku berbuat begitu.., Kak Rina tertawa geli dan dicubitnya perutku.., apalagi sudah 2 minggu lebih suaminya tidak memberinya nafkah batin. Katanya permainanku hebat, baru kali ini dia merasakan nikmat bersenggama.., selama ini dengan sang suami tak pernah dia peroleh klimaks seperti yang dia rasakan denganku.

Lima belas menit kemudian, terasa penisku menegang dan mengeras lagi. Tanpa permisi si pemilik memek, segera kutindih tubuhnya dan kubenamkan penisku di memeknya. Kami bergelut dan bercumbu tanpa ada rasa was-was dan khawatir.., akhirnya setelah dua kali Kak Rina menikmati orgasme, kutumpahkan lagi air maniku ke dalam memeknya.. Permainan itu kami ulangi lagi beberapa saat kemudian, hingga terdengar lonceng jam berdentang 12 kali. Segera Kak Rina memintaku berpakaian. Setelah selesai kami berpakaian dan merapikan tempat tidur kembali kami keluar kamar menuju ruang tamu, sambil saling merangkul. Di sofa ruang tamu kami duduk berdampingan, tubuh kami rapat dan saling melingkarkan tangan merangkul satu sama lain. Bibirnya kucium dan kulumat dalam-dalam.., saat kami sedang bermesraan seperti itu.. tiba-tiba pintu samping terbuka. Kak Rani masuk sambil membawa tas belanjaan, melihat apa yang kami lakukan Kak Rani sempat tertegun sejenak, namun segera dia menguasai diri langsung pergi menuju ke dapur. Nampak di wajah Kak Rina terbesit rasa khawatir, kuelus dan kubisikkan bahwa jangan khawatir, semuanya pasti beres.. kataku menenteramkan hatinya.

Kukejar Kak Rani ke belakang, kulihat Kak Rani sedang meletakkan belanja di meja dapur. Segera kuhampiri dan langsung kupeluk dari belakang, Kak Rani terkejut dan memutar badannya menghadapku, tangannya berusaha mendorong tubuhku dan mencoba melepaskan diri dari pelukkanku. Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu, kupeluk Kak Rani lebih erat dan langsung bibirnya kucium, mula-mula Kak Rani meronta-ronta mau melepaskan diri.., namun akhirnya dia menyerah.. bahkan saat jari tanganku menerobos masuk ke dalam CD-nya dan langsung menusuk ke liang vaginanya dia mengerang lirih dan mendekap erat tubuhku, rupanya Kak Rani menikmati apa yang aku lakukan padanya.

Aku bopong tubuhnya, dan langsung kubawa masuk ke kamar Kak Rina, yang baru saja aku dan Kak Rina pakai bermesraan. Segera kujatuhkan tubuhku di atas dipan dalam posisi menindih tubuh Kak Rani. Aku tak mau mengambil resiko, cepat kulepas celana dalam Kak Rani dan juga celanaku, langsung kudorong penisku ke memeknya, Kak Rani mengerang dan melenguh.. oough..nugi..oouh..jangan .. nugi .. jangan.. aahh.., kugerakkan pantatku naik turun. Mula-mula sulit kugerakkan penisku memasuki memeknya, namun sesaat kemudian Kak Rani semakin terangsang dan memeknya semakin basah, hingga semakin mudah kontolku menyeruak masuk ke dalam memeknya.., dan akhirnya bebas merdeka.. menjelajahi bagian dalam memeknya..

Kak Rani mengerang-erang menikmati genjotan penisku di memeknya, sambil tetap menggenjot kubuka baju atas dan tali BH-nya, lalu ku campakkan jauh ke lantai.., kuhisap puting dan kuremas payudaranya, semakin menggila gerakkannya..

Memek Kak Rani lebih longgar di banding memek Kak Rina, barangkali ini akibat dia pernah melahirkan.., namun kulit Kak Rani lebih halus dan wajahnya lebih cantik dan bersih.., mungkin semua itu karena dia rajin merawat tubuh dan wajahnya.., di samping itu Kak Rani lebih berada.., sehingga ada biaya untuk merawat tubuh dan wajahnya.

Saat aku sedang berpacu mengumbar nafsu di atas tubuh Kak Rani, pintu kamar terbuka dan kulihat Kak Rina berdiri di sana melihat apa yang sedang kami perbuat. Sesaat dia berdiri mengawasi kami, lalu dia tersenyum dan pergi menuju ke ruang tamu, untuk memberi kami kesempatan untuk berasyik-masyuk..

Hentakkan tubuhku semakin cepat dan bertenaga.., kepala Kak Rani bergoyang-goyang, tangannya semakin kuat meremas-remas sprei .., akhirnya Kak Rani nggak tahan.. diangkat pantatnya ke atas untuk menyambut gerakkanku, dan akhirnya dihempaskan diiringi erangan yang keras.. ouhh..nugi..ough..nugi.. teruuss..teruss..ough.., tubuhnya mengejang sesaat, tangannya memeluk kepalaku dan membenamkannya di antara kedua payudaranya.., seer..seetr..terasa sesuatu yang hangat melumasi kontolku.. Pelan-pelan kugerakkan kontolku.., belum terasa denyutan pertanda air mani bakal keluar.., pelan dan dengan penuh perasaan kugenjot penisku.. Kak Rani merengkuh kepalaku dan segera melumat bibirku.., sambil berdesah dia berkata.. kamu kurang ajar nugi.., kurang ajar aaugh..ooh..eehmm.., begitu katanya saat kubekap mulutnya dengan mulutku dan kusentak penisku keras-keras di memeknya.
Cairan kental keputihan meleleh, jatuh ke rok bawahnya, yang belum sempat ku lepas..

Sesaat kemudian ku balik posisi, Kak Rani menindih tubuhku, tak lupa kulepas rok bawahnya dan kulempar jauh ke lantai. Kutempelkan kontolku dimulut memeknya, dan segera kudorng masuk ke dalam memek Kak Rani.., kembali Kak Rani mengerang.. ough..nugi..kau..jahaat..nugi..ough..

Aku tak peduli dengan ocehannya.., kugerakkan penisku keluar masuk memeknya, menggesek dinding dalam memek Kak Rani.., kuremas buah dadanya..jari-jari tangan kanan Kak Rani, memainkan bibir memeknya..ssh..ssh.. oough..ough..nugi ..ssh.. eenak.. terus nugi..terus..

Makin cepat dan keras..goyangan pantatku.., tubuh Kak Rani terlonjak-lonjak di atas badanku.., seperti sedang menunggang kuda yang binal.., tak henti dari mulutnya keluar suara erangan..dan lenguhan.. Kak Rani betul-betul menikmati kebersamaan kami.., bahkan sesaat kemudian tubuhnya aktif bergerak menghentak-hentak semakin cepat..sambil mendesis, mengerang..melenguh..kembali lagi tubuhnya menelungkup di atas tubuhku dan mulutnya dengan rakus mencari mulutku dan kemudian menciumku penuh dengan nafsu.., dipererat pelukannya.. dan akhirnya kembali tubuhnya mengejang..mencapai klimaks untuk kedua kalinya.. Penisku terasa mulai berdenyut.. hampir kehilangan kontrol..

Kudorong tubuhnya.. dan kuatur dalam posisi merangkak, kuhunjamkan kontolku kembali kedalam memeknya.., mudah terasa.., karena sudah diperlicin dengan cairan vagina Kak Rani. Denyutan makin terasa.., kuputar lagi tubuhnya, kutelentangkan.. Kubuka lebar-lebar kedua pahanya dan kuserbu lagi memeknya dengan kontolku, langsung cepat dan keras.., terdengan erangan dari mulutnya.., tak kupedulikan..kugenjot-genjot terus memeknya.., penisku bertambah keras berdenyut .. Dan akhirnya dengan satu sentakan keras kulepas masuk benih anak-anakku, ke dalam rahim Kak Rani.., terasa cukup banyak air mani yang kulontarkan.., dan sebagian meleleh keluar jatuh mengotori seprei tempat tidur Kak Rina.. Kudekap erat dan kucium mulut Kak Rani.

Selesai permainan kami babak pertama, kubiarkan penisku tetap di dalam memeknya.., kuciumi sekujur mukanya.., kujelajahi mulutnya dengan lidahku.., Kak Rani membiarkan saja ulahku.., hal demikian berlangsung hampir sepuluh menitan. Dengan menegang dan mengeras kembali kontolku, segeara kumulai babak kedua permainanku..

Kak Rani pasrah saja kuperlakukan demikian.., nampak betul dia menikmati saat-saat kebersamaan kami.., hingga akhirnya tercapai kembali klimaks beberapa kali.. sebelum akhirnya air maniku tertumpah lagi ke dalam vaginanya.. Setelah permainan babak kedua selesai.., terasa benar tubuhku lemas dan tak bertenaga rasanya.. Tenagaku benar-benar terkuras habis..meladeni dua wanita kembar tersebut.

Kak Rina dengan kemanjaannya dan suka rela melayaniku, sedangkan Kak Rani yang semula kupaksa akhirnya menikmati pula permainanku..
Setelah cukup beristirahat, kami segera memakai kembali pakaian kami dan keluar meuju ruang tamu..dimana Kak Rina menunggu..

Melihat Kak Rina, Kak Rani tersenyum tersipu dan segera duduk di dekatnya. Sejenak mereka berdua saling berdiam diri tak tahu apa yang akan mereka bicarakan. Aku datang dan langsung duduk diantara mereka, kupeluk dan kucium mereka berdua bergantian. Kubisikan bahwa mulai hari ini kami bertiga menjadi kekasih.., kami harus menjaga rapat-rapat rahasia ini.

Tanpa malu-malu kusingkap rok depan mereka, tangan kanan dan kiriku segera bergerilya menyusup masuk ke dalam CD meraka, jari-jari tanganku beraksi memainkan kelentit dan mulutku aktif mencium mulut mereka bergantian.., sungguh sorga dunia yang tak terkira nikmatnya..

Sejak saat itu kami bertiga sering melakukan, paling sering kami lakukan di rumah Kak Rani saat suami Kak Rani ke kantor, di rumah kontrakkannku dan kadang di losmen. Rahasia itu kami jaga rapat-rapat.., hingga Yanti pun tak tahu apa yang telah kami perbuat selama ini..

Kekasihku 2 Kakak Beradik
Dua minggu pertama sejak aku meniduri Kak Rina dan Kak Rani tak pernah lewat begitu saja. Kencan biasanya kami lakukan pagi hari antara pukul 09.00?12.00 WIB. Saat itu Yanti dan anak-anak Kak Rani ke sekolah, suami Kak Rani ke kantor. Suami Kak Rina sudah hampir 1 bulan ini kanvas ke luar kota, ke Surabaya, Malang dan beberapa kota besar lainnya di Jawa Timur.

Pada hari ke-10 sejak aku pertama kali meniduri Kak Rina dan Kak Rani, kami bertiga pergi dan kencan di suatu hotel di Jl. Setiabudi. Hari itu hari Sabtu, sekitar pukul 13.00 WIB, kami bertiga sudah ada di salah satu kamar.

Kami mulai permainan tersebut dengan oral antara Kak Rina dan Kak Rani. Di atas tempat tidur mereka saling menjilati memek dalam posisi 69. Kak Rina di atas sedang Kak Rani di bawah. Mereka berdua benar-benar sudah lupa.., tak lama kemudian aku melibatkan diri. Pertama-tama memek Kak Rina aku jilati, sementara kontolku dikulum dan disedot oleh mulut Kak Rani.

Selang beberapa lama, kumasukkan penisku ke kemaluan Kak Rina. Kugenjot keras-keras pinggulku, sehingga Kak Rina bergoyang hebat maju mundur mengimbangi gerakkanku. Lidah Kak Rani tak henti-hentinya menjilati memek Kak Rina, tak dapat kubayangkan betapa nikmatnya Kak Rina, dia mengerang, menjerit dan memekik kecil saat menikmati hunjaman kontolku di liang vaginanya.

Beberapa kali kontolku kutarik keluar, dan kumasukkan ke mulut Kak Rani yang ada di posisi bawah, wuuah.., nggak bisa kuceritakan seperti apa nikmatnya. Dikulum dan dikocok pelan penisku, setelah agak berkurang dorongan maniku yang sepertinya sudah pengin keluar, kumasukkan lagi penisku ke memek Kak Rina.

Sampai akhirnya Kak Rina mengerang dan mendengus keras, menarik seprei keras-keras seolah hendak merobeknya dan akhirnya terlepaslah puncak gejolak nafsunya dalam genjotanku. Kuganti posisi, memek Kak Rani yang telentang di bawah kugenjot keras-keras dengan penisku, dinding memek Kak Rani sungguh nikmat, dan berbau harum.., Kak Rani tak kalah keras erangan dan jeritannya, pantatnya melonjak-lonjak mendorong memeknya menyambut kehadiran kontolku di dalam vaginannya, sementara lidahnya tetap menghujani memek Kak Rina.

Jika aku merasa hampir keluar, cepat-cepat aku cabut penisku dan segera kusorongkan ke mulut Kak Rina yang segera menhisap dan melumat kontolku di dalam mulutnya, setelah berkurang denyutan di penisku aku masukkan lagi ke memek Kak Rani. Begitu berulang-ulang, hingga akhirnya saat puncak kepuasan aku dapat.

Aku tumpahkan air maniku ke dalam memek Kak Rani. Kak Rani benar-benar menikmati denyutan kontolku di dalam memeknya dan dengan ikhlas menerima kiriman benih spermaku di rahimnya. Keringat mengalir keluar dari dalam tubuh kami dengan deras, bercampur dan membasahi seprei. Tetesan air maniku dan mani Kak Rani juga menetes di atas kasur. Kami berbaring kelelahan, kurangkul tubuh Kak Rani, juga Kak Rina. Mereka berdua benar-benar puass.., dan menikmati betul moment indah nikmat kami tersebut. Setelah beberapa saat kami istirahat, kami ulangi lagi permainan kami. Aku buat mereka berdua mabuk kepayang, hingga akhirnya aku lontarkan spermaku di rahim Kak Rina.

Lima belas menit istirahat, satu babak permainan lagi kami lakukan. Dan setelah itu kami berkemas pulang karena hari sudah menjelang maghrib. Tak terasa kami kencan hampir 4 jam lebih di kamar hotel itu. Sungguh suatu pengalaman yang tak terlupakan. Turun dari angkot kami masih bersama dan di mulut gang kami berpisah. 

Begitulah hari-hari kulewatkan.., kubuang waktu belajarku percuma.. aku habiskan waktuku hanya untuk bersenang-senang dengan kami bertiga. Hingga akhirnya.. Pada suatu hari saat aku dan Kak Rani kencan di kamarku.., Kak Rani mengatakan padaku bahwa dia sudah 2 bulan ini tak menstruasi Aaduhh.. gawat..kataku.., Kak Rani begitu yakin bahwa aku adalah ayah calon bayi yang dikandungnya. Kak Rani bilang, bahwa saat aku memperkosanya.. dia baru saja memasuki masa subur.., dan dia tidak memakai kontrasepsi.., selama 1 minggu kemudian dia nggak mau melayani suaminya.., Kak Rani merasa dirinya kotor dan sudah nggak berarti lagi.. padahal selama 1 minggu tersebut justru aku hampir tak pernah absen menidurinya.

Kak Rani minta pertanggungan jawabku dan mengajaku kawin lari.. Pada awalnya aku juga sempat bingung, namun dengan penuh kelembutan dan kesabaran kuberi pengertian tentang hakekat hubunganku dengannya, bahwa aku dan dia hanya sekedar melepaskan hasrat berahi.., mencari kepuasan sesaat. Akhirnya aku berjanji bahwa sekiranya bayi tadi lahir dan mengakibatkan hubungan Kak Rani dengan suaminya retak.., maka aku akan menikahinya.., namun jika tidak ada kejadian apa-apa, maka kuminta Kak Rani mau memilih keluarganya.. dan melupakan segala affair yang telah terjadi.

Kak Rina kuberitahu tentang kondisi Kak Rani.., dia mendukung rencanaku. Akhirnya hari yang dinanti tiba.. Kak Rani melahirkan di Barromeus.., seorang bayi laki-laki.. dengan berat sekitar 3,5 kg, dan panjang 58 cm. Kutengok Kak Rani di ruang perawatan, tubuhnya masih lemah dan pucat.., namun dia nampak bahagia.. Ditariknya tanganku, danb dibisikinya aku.., nugie.. bayi ini anakmu nugie.., darah dagingmu. Aku terse-nyum, sambil kugenggam tangannya kuucapkan selamat atas kelahiran putra ke-3. Kata Kak Rani suaminya sangat bahagia mendapatkan seorang bayi laki-laki yang selama ini dia tunggu-tunggu. Artinya amanlah rahasia kami.., affair kami.. dan perselingkuhan kami..

Selama Kak Rani hamil 8 bl hingga 3 bulan usia bayi, affairku dengan Kak Rani terhenti. Waktuku banyak kuhabiskan bersama Yanti atau Kak Rina. Suatu hari aku berkunjung ke rumah Kak Rani sambil menengok sang bayi (anakku). Kak Rani ada di kamar menyusui sang bayi. Kulihat anakku melahap susu Kak Rani, aku duduk di ranjang sebelah Kak Rani. Si bayi sehat, montok dan lucu, kulitnya putih dan bersih persis seperti kulit Kak Rani, alisnya lebat kayak alisku.. Kuamati Kak Rani, sunnguh pintar benar Kak Rani merawat tubuh.., tubuhnya sudah langsing dan nampak kecantikan wajahnya. Pelan-pelan pahanya kuraba dan kuelus pelan, Kak Rani menatapku dan mengatakan jangan.. nugie.. jangan kau siksa lagi batinku dengan hal seperti itu lagi.. Aku hentikan rabaanku.. Dan aku minta ma'af padanya, ma'af Kak Rani.. kau benar.. tak semestinya aku berbuat seperti itu kepadamu.. Kak Rani bangkit dan diletakkannya bayi tadi ke Box Bayi dalam keadaan tidur.

Perlahan didekatinya aku.., dan dipeluk serta diciumnya aku.., nugie.. kau tak tahu.. betapa aku merindukanmu.., aku selalu membayangkanmu.. Aku terkadang iri saat membayangkan kau sedang meniduri Rina, sementara aku menyusui bayiku ini.. ya.. anakmu.. nugie..
Hati kecilku selalu mengatakan: jangan lagi kau berbuat seperti itu, namun suara hatiku yang lain terasa mendorongku untuk mengulangi apa yang telah kita lakukan nugie.. aku benar-benar bingung dan amat rindu padamu nugie..

Pelan-pelan kugeser berdiriku, badanku semakin merapat ke badannya.., dan secara otomatis aku memeluk pinggangnya.., dan mencium lembut bibirnya.. Kami berdua menikmati betul ciuaman itu, bahkan secara perlahan kugeser posisi kami semakin mendekati tempat tidur.. Dengan dorongan pelan kurebahkan tubuh Kak Rani di dipan, kaki kirinya ditekuknya, sehingga tersembul jelas paha Kak Rani yang putih, juga CD putih yang menutupi memeknya terlihat jelas.. Segera tanganku bergerak menyelusup masuk ke dalam CD-nya.., kembali suara erangan Kak Rani terdengar di telingaku.., setelah sekian lama tak terdengar. Dan akhirnya.. Kembali kami bergumul, menumpahkan rasa rindu dan melapiaskan nafsu kami yang sudah sekian lama tertahan.

Pada saat kami asyik bercumbu, tiba-tiba pintu terbuka.., kami kaget dan cepat berpakai-an alal kadarnya.., aku piker habis sudah riwayatku.., karena kami pasti akan diarak keliling kampung.. Hatiku menjadi lega, karena rupanya Kak Rina yang berdiri di depan kami. Dia tersenyum dan tertawa melihat apa yang sedang kami lakukan, segera dia masuk dan menutup pintu kamar dan selanjutnya bergabung dengan kami dalam berasyik-masyuk. Kubagi kesempatan bercumbu dengan kedua wanita kakak-beradik tersebut dengan adil, sampai kami mencapai klimaks kepuasan bersama. Akhirnya setelah menunggu sekian lama Kak Rina dapat hamil, yang jelas itu anak dariku juga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilema (Mama)

Namaku Rio umur 16 th,anak tunggal dan masih sekolah SMK otomotif kelas 2 di Yogyakarta. Aku pendiam dan tak pandai dalam hal pergaulan, tap...